REPUBLIKA.CO.ID, Kabar soal para penumpang pesawat dari Aceh yang memilih transit ke Malaysia saat menuju daerah lain di Indonesia dikuatkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh yang dilansir kemarin. Penumpang pesawat dari provinsi tersebut yang transit di Malaysia mengalami pertumbuhan sebesar 42,36 persen atau menjadi 12.142 orang sejak Desember 2018.
Kenaikan signifikan itu disebut karena mahalnya tiket penerbangan langsung dari Aceh ke daerah lain di Indonesia. “Peningkatan 42,36 persen itu, jika dibanding pergerakan penumpang internasional selama bulan November 2018 di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar,” ujar Kepala BPS Aceh, Wahyudin, di Banda Aceh, Selasa (12/2).
Ia melanjutkan, persentase sementara penumpang yang tiba di bandara internasional setempat pada Desember 2018 juga tumbuh sebesar 19,98 persen atau 10.161 orang dibanding selama November. Menurut dia, angka pertumbuhan penumpang internasional ini akibat tingginya harga tiket pesawat untuk rute domestik sehingga penumpang lebih memilih melakukan transit ke negeri jiran Malaysia.
Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk lewat pintu kedatangan di Aceh selama Desember 2018 tercatat 4.056 orang atau meningkatan 138,59 persen, dan mayoritas dibawa oleh dua kapal pesiar yang bersandar di pelabuhan laut Sabang, Aceh.
Angka 138,59 persen tersebut jika dibanding November 2018 dengan jumlah turis asing ke provinsi paling barat Indonesia ini cuma 1.700 orang, dan 927 wisman di antaranya didominasi dari Malaysia. “Ini membuktikan bahwa tiket pesawat rute domestik di Aceh mulai mahal sejak Desember 2018. Makanya, banyak orang berbondong-bondong mengurus paspor ke imigrasi walau tujuan mereka ke berbagai kota di dalam negeri,” kata Wahyudin.
Ia mengungkapkan, secara umum jumlah penumpang pesawat, baik rute domestik maupun internasional di Bandara Sultan Iskandar Muda selama Desember 2018 berjumlah 85.499 orang. “Jumlah ini mengalami peningkatan sedikit dibandingkan bulan November 2018, yakni sebesar 3,33 persen,” kata Wahyudi.
Merujuk penelusuran di situs perantara pembelian tiket, Traveloka, untuk penerbangan Aceh-Jakarta pada Kamis (14/2) memang yang paling murah penerbangan dengan transit ke Kuala Lumpur menggunakan Air Asia-Citilink pada kisaran harga Rp 1,7 juta.
Sementara, penerbangan melalui transit di bandara Tanah Air paling murah adalah Lion Air melalui Kualanamu dengan kisaran harga Rp 1,9 juta. Kendati demikian, biaya penerbangan Lion Air masih harus ditambah biaya tarif bagasi minimal Rp 100 ribu, sedangkan penerbangan langsung paling murah hari itu seharga Rp 2,3 juta dengan Batik Air.
Kemudian, untuk penerbangan ke Surabaya pada Kamis (14/2), tiket termurah transit melalui Kuala Lumpur menggunakan Air Asia berkisar pada angkat Rp 1,3 juta hingga Rp 1,6 juta saja. Harga itu jauh lebih murah dari penerbangan transit domestik termurah menggunakan Lion Air pada harga Rp 2,2 juta belum termasuk tarif bagasi. Belum lagi jika dibandingkan penerbangan paling mahal dari maskapai Tanah Air yang mencapai Rp 14,2 juta.
Tiket mahal pada penerbangan domestik dan harga yang relatif lebih murah dari Malaysia itu juga memacu Dinas Pariwisata Sumatra Barat (Sumbar) membidik wisatawan asal negeri jiran tersebut guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan pada 2019.
“Wisatawan Malaysia tidak terpengaruh mahalnya tiket penerbangan domestik. Paling logis kita menggaet pasar ini,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yulfian di Padang, Selasa. Untuk itu, menurutnya, dinas pariwisata akan membuat paket wisata menarik dan murah atau hot deals agar mereka tertarik untuk datang ke provinsi tersebut.
Pembuatan paket wisata itu melibatkan seluruh komponen pariwisata Sumbar, seperti Asosiasi Pengusaha Perjalanan Wisata (Asita) dan PHRI setempat. “Kami juga sedang coba dekati Air Asia untuk kembali membuka penerbangan langsung Padang-Singapura yang sebenarnya juga punya pangsa pasar bagus,” katanya.
Selama ini, wisatawan Malaysia merupakan penyumbang terbanyak untuk jumlah kunjungan wisatawan asing ke provinsi tersebut. Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah menyebut, kedekatan budaya antara Malaysia dan Sumbar menjadi salah satu daya tarik hingga wisatawan negeri jiran itu berminat datang. Sebagian juga sering berwisata belanja di Bukittinggi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar menyebutkan wisatawan Malaysia masih menjadi yang terbanyak mengunjungi provinsi itu pada 2018, yaitu mencapai 44.344 orang.Jumlah itu mengalami penurunan enam persen dibandingkan 2017 yang mencapai 46.4492 orang. Setelah Malaysia, kunjungan wisatawan asing terbanyak berasal dari Australia sebanyak 3.004 orang, Singapura 1.729 orang, Prancis 688 orang, Amerika Serikat 562 orang, dan Inggris 438 orang.
Pembatalan penerbangan
Sebelumnya, Ketua Indonesia Nasional Air Carrier Asociation (INACA) Ari Askhara mengklaim tingginya harga avtur menjadi faktor utama maskapai menaikkan harga tiket belakangan. Hal itu disebabkan biaya pengeluaran sebuah maskapai didominasi untuk pembelian bahan bakar.
Pihak INACA pada akhir Januari lalu juga menjanjikan penurunan harga sekira 20 hingga 60 persen dari kemahalan pada akhir 2018. Kendati demikian, laporan demi laporan soal lesunya penerbangan akibat harga tiket yang mahal serta dampak-dampaknya terhadap sektor lain masih terus bermunculan.
Dari Riau dilaporkan, sebanyak 730 penerbangan yang melayani Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru juga dibatalkan sepanjang Januari 2019 akibat melonjaknya harga tiket dan tarif bagasi pesawat. “Total penerbangan yang tidak beroperasi dari dan ke Pekanbaru selama Januari 2019 sebanyak 730 penerbangan,” ujar General Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Jaya Tahoma Sirait, di Pekanbaru, Selasa.
Dia memerincikan, seluruh penerbangan yang batal tersebut terdiri atas 363 jadwal kedatangan dan 367 keberangkatan. Sementara itu, angka tersebut berpotensi meningkat setelah sepanjang 10 hari pertama Februari 2019 ini tercatat sedikitnya 218 penerbangan turut dibatalkan pihak maskapai.
Jaya mengatakan, sepanjang 1-10 Februari 2019, sejumlah maskapai membatalkan jadwal penerbangan. Dia menuturkan, maskapai yang membatalkan penerbangan itu mayoritas dari Lion Air Group. Maskapai dengan lambang Singa milik pengusaha Rusdi Kirana tersebut mencatat ratusan pembatalan penerbangan sepanjang Februari 2019 ini.
“Kontribusi (maskapai yang membatalkan penerbangan) dari Lion Air 85 penerbangan, Garuda Indonesia 62 penerbangan, Citilink 38, Batik Air 20, dan Wings Air 13,” katanya. Secara umum, Jaya menjelaskan, total terjadi penurunan 28 persen penerbangan dan 22 persen jumlah penumpang dibanding periode yang sama 2018 lalu. “Dari data-data tersebut, rata-rata (terjadi) 23 flight (batal) per hari dari rata-rata 90 penerbangan per hari 2018,” ujarnya. (antara ed: fitriyan)