Rabu 20 Feb 2019 08:16 WIB

Cerita Pengembang KEK Mandalika Kewalahan Atasi Anjing Liar

Keberadaan anjing liar dikeluhkan para wisatawan yang berlibur di KEK Mandalika

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Foto udara gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh ITDC di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. ilustrasi
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Foto udara gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang dikelola oleh ITDC di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Populasi anjing liar yang cukup besar menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Provinsi Nusa Tengara Barat. Anjing liar hampir berada di tiap tiap sudut KEK Mandalika bahkan menjadi keluhan para wisatawan yang datang untuk berlibur.

Sebab, anjing liar dianggap menganggu keindahan dan destinasi wisata yang telah dibangun sejak akhir 2016 dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 2017.

Baca Juga

Sulitnya mengatasi populasi anjing liar turut diakui oleh PT Pengembangan Pariwisata atau Indonesia Tourism Development Corporation sebagai BUMN pengembang KEK Mandalika. Kepada wartawan, Direktur Konstruksi dan Operasi ITDC, Ngurah Wirawan, menuturkan, awalnya pihak dia mengatasi masalah itu dengan meracuni anjing liar yang berada di sekitar kawasan.

Namun, anjing tak langsung mati ketika diberi racun. Sebagian anjing mati di semak-semak hingga di jalan raya yang dapat dilihat para wisatawan. Bukannya menyelesaikan masalah, bangkai-bangkai yang membusuk itu malah menjadi tontonan di viral di media sosial.

photo
Sejumlah duta besar berkunjung ke kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 10 November 2018 lalu.

“Kita dan pemerintah daerah akhirnya mendapat kecaman di media sosial oleh para pecinta anjing,” kata Ngurah bercerita.

Selama hampir setahun mencari cara mengatasi anjing liar, tahun lalu, pihaknya bertemu dengan komunitas pecinta anjing sekaligus para dokter hewan setempat. Mereka, kata Ngurah, tergabung dalam Lombok Animal Rescue yang bermarkas di Mataram, NTB.

Usai berdiskusi panjang, kelompok tersebut mengajukan usulan agar anjing liar disterilisasi dengan memberikan vaksinasi sekaligus dipelihara. Mendengar usulan itu, Ngurah sempat sangsi solusi itu akan menyelesaikan masalah.

“Akhirnya kita terima usulan itu dan di tahun 2018 kita sepakat bangun dog shelter seluar 5.000 meter persegi di utara kawasan,” katanya.

Tempat itu dikeliling pagar agar anjing yang tertampung tidak keluar mengangggu wisatawan. ITDC juga membangun rumah bagi penjaga dog shelter sekaligus ruangan khusus untuk proses vaksinasi dan kebiri.

photo
Pantai Kuta di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

Tepat pada 26 Oktober 2018, pihaknya melakukan tahap pre-sheltering. Tahap itu merupakan agenda sosialisasi, penandaan hewan peliharaan di dalam kawasan, dan sterilisasi anjing peliharaan. Tahap selanjutnya yakni sheltering.

Ngurah mengatakan, tahap itu merupakan penangkapan anjing liar dengan bius. Setidaknya ada 178 ekor anjing yang berhasil ditangkap untuk dipelihara di dog shelter.

Cara pemeliharaan anjing, kata dia, juga dipisah. Anak anjing, pejantan, dan betina memiliki kandang masing-masing agar perawatan dapat lebih intensif. Tak disangka, anjing-anjing yang sudah di vaksin dan menjalani proses kebiri menjadi jinak dan tak lagi agresif.

Setiap para pengunjung yang menghampiri pagar dog shelter dikerumuni oleh anjing tanpa gong-gongan agresif. Pendirian dog shelter itu alhasil mendapat dukungan dan respons positif dari para pengunjung. Sebab, konsep dog shelter, kata dia, hampir tidak pernah dilakukan oleh para pengembang di Indonesia.

Ia pun tak mengira, anjing yang semula kerap tidur di alat berat proyek, mengotori Mandalika, hingga menganggu kenyamanan wisatawan menjadi objek baru wisata di kawasan itu. Tak sampai disitu, penyediaan makanan anjing mengambil sisa-sisa makanan dari hotel dan restoran yang terdapat di Mandalika.

Sisa makanan itu kemudian dipanaskan dan dikeringkan lalu diolah menjadi chips makanan anjing. Para wisatawan yang berkunjung diperbolehkan memberikan chips kepada anjing-anjing itu. “Buat lucu-lucuan. Seprti itulah hobi pecinta anjing,” ucapnya.

Mengingat banyak wisatawan mancanegara yang suka memelihara anjing, Ngurah mengatakan, ITDC bersama Lombok Animal Rescue memperbolehkan turis-turis membawa anjing yang disuka ke negara masing-masing. Asalkan, anjing tersebut sudah mendapat izin dari dokter hewan di Dog Shelter Mandalika.

“Kami para direksi sebetulnya nggak ngerti anjing ini mau diapakan. Ternyata malah jadi tempat berkunjung baru. Padahal ini dalam konteks mengurangi populasi anjing. Kami beryukur,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement