Jumat 22 Feb 2019 14:26 WIB

Kasus DBD Sleman Naik 400 Persen

Pemerintah mengimbau masyarakat mewaspadai peningkatan kasus DBD.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolanda
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Sleman gencar melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue (DBD). Terlebih, jumlah kasus DBD di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan mengkhawatirkan.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Dulzaini mengatakan, kasus DBD tersebar hampir di seluruh kecematan. Kecuali, Kecamatan Minggir, Kecamatan Turi dan Kecamatan Cangkringan.

Baca Juga

Dibanding jumlah kasus DBD selama 2018 pada periode yang sama, ada peningkatan kasus luar biasa. Bahkan, terdapat peningkatan sebesar 400 persen lebih, dan hingga kini sudah tercatat ada 130 kasus DBD di Kabupaten Sleman.

"Tahun lalu pada periode yang sama hanya ada 30 kasus, jadi peningkatannya empat kali lipat lebih," kata Dulzaini saat memimpin Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Dusun Kramen, Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Jumat (22/2).

Ia menjelaskan, saat ini DBD memang tengah menjadi perhatian lebih tidak cuma tingkat daerah tapi secara nasional. Awal tahun saja, terdapat sekitar 200.000 kasus DBD ditemukan di seluruh Indonesia.

Dari angka kasus itu, tidak kurang 200 orang meninggal dunia akibat DBD. Untuk mencegah meningkatknya kasus DBD, Dulzaini mengimbau masyarakat menumbuhkan kesadaran melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah masing-masing.

"Setiap rumah minimal harus ada satu juru pemantau jentik (jumantik)," ujar Dulzaini.

Selama pantauan di Dusun Kramen sendiri, ada sebanyak 77 rumah yang diperiksa dan 29 rumah di antaranya dinyatakan positif ditemukan jentik nyamuk. Dengan begitu, Angka Bebas Jentik (ABJ) di Dusun Kramen hanya sebesar 62,3 persen.

Sebelumnya, Pemberantasan Sarang Nyamuk juga dilakukan di Dusun Geplakan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping. PSN dilaksanakan Pokjanal DBD Sleman didampingi Wakil Bupati Sleman.

Dari sebanyak 88 rumah diperiksa dan terdapat delapan rumah yang ditemukan ada jentik nyamuk. Dengan begitu, angka bebas jentik di Dusun Geplakan cukup tinggi yaitu sebesar 90,97 persen.

Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun mengajak masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman penyakit DBD yang marak akhir-akhir ini. Ia mengingatkan, DBD dapat dikendalikan lewat langkah-langkah preventif.

Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan keluarga dan warga sekitar jadi salah satu cara yang bisa dilakukan. Selain itu, ada 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur.

"Menguras bak mandi sepekan sekali, menutup penampungan air dan mengubur barang bekas, plus langkah-langkah yang dapat mencegah kita dari gigitan nyamuk," kata Sri.

Ia menekankan, masyarakat dapat mengoptimalkan peran juru pemantau jentik di lingkungannya masing-masing. Setidaknya, setiap rumah minimal harus ada satu juru pemantau jentik.

Sri menegaskan, kegiatan-kegiatan pencegahan seperti itu jauh lebih efektif dibandingkan fogging. Sebab, fogging merupakan pilihan terakhir jika memang ditemukan kasus terjangkit DBD.

Pada pemberantasan sarang nyamuk di Dusun Geplakan pada Jumat (15/2) sendiri, Kabupaten Sleman baru memiliki 122 kasus DBD. Berjarak satu pekan, atau pada pemberantasan sarang nyamuk di Dusun Kramen, kasus bertambah dan mencapai 130. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement