Senin 25 Feb 2019 00:05 WIB

Pesona Bau Nyale Pikat Turis Asing di Lombok

Bau Nyale berasal dari kata Bau yang berarti menangkap.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Muhammad Hafil
Puncak acara Festival Pesona Bau Nyale 2019 di Pantai Seger, kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Ahad (24/2) malam.
Foto: M Nursyamsi/Republika.co.id
Puncak acara Festival Pesona Bau Nyale 2019 di Pantai Seger, kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Ahad (24/2) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Malam puncak acara Festival Pesona Bau Nyale 2019 resmi digelar pada Ahad (24/2) malam. Rangkaian kegiatan budaya mulai dari Betandak (berbalas pantun), musik tradisional Cilokak, pemilihan Putri Mandalika 2019, drama kolosal cerita legenda Putri Mandalika, dan hiburan dari Cakra Khan.

Puncak acara digelar di Pantai Seger yang berada di dalam kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Pantauan Republika.co.id, masyarakat dan wisatawan, baik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman), tumpah ruah memadati lokasi acara dengan mendirikan tenda hingga di areal perbukitan. Masyarakat dan wisatawan memanfaatkan pagelaran pentas seni dan hiburan untuk menunggu keluarnya nyale sebutan masyarakat Lombok untuk cacing berwarna-warni.

Wisatawan asal Bordeaux Perancis, Sebastian, mengaku beruntung bisa menyaksikan pagelaran Festival Pesona Bau Nyale 2019. Sebastian yang sudah sepekan berada di Lombok diberi tahu temannya bahwa akan ada Festival Pesona Bau Nyale.

"Setelah diberitahu, saya berpikir kenapa tidak sekalian saya lihat festival tersebut sembari melihat aktivitas masyarakatnya," ujar Sebastian kepada di Pantai Seger, KEK Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Ahad (24/2) malam.

Kebetulan, Sebastian sendiri sedang berlibur di sekitar KEK Mandalika sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk datang ke Pantai Seger dari tempat penginapannya. 

"Saya melihat ajang ini sangat penting sekali bagi masyarakat dengan datang beramai-ramai," kata Sebastian.

Sebastian merupakan satu dari banyaknya wisman yang datang ke Festival Pesona Bau Nyale. Kehadiran wisatawan dan juga masyarakat sekitar menjadi harapan bagi para pelaku usaha yang menjajakan dagangannya di lokasi acara.

Seorang penjual makanan dan minuman ringan, Ainum, mengatakan sudah dua hari terakhir berjualan di kawasan ini. Kata Ainum, kehadiran pengunjung pada Festival Pesona Bau Nyale tahun ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

"Agak sepi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, mungkin karena dampak gempa dulu," ujar Ainum.

Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah memiliki harapan Festival Pesona Bau Nyale menjadi pendorong bagi kemajuan sektor pariwisata.

"Semoga event ini mengawali event-event berikutnya lebih berhasil lagi dan juga event ini mudah-mudahan jadi penyemangat bagi NTB," kata Rohmi saat jumpa pers di Pantai Seger.

Rohmi mengajak masyarakat NTB menyadari daerahnya kini menjadi destinasi wisata dan memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kondusivitas, kebersihan, dan kenyamanan daerah. Rohmi juga mengajak masyarakat meneladani sikap Putri Mandalika yang menurut Rohmi telah mengorbankan dirinya demi kondusivitas bersama.

"Mudah-mudahan dari event ini kita mengambil hikmah karena cerita Putri Mandalika mengandung inspirasi yang bisa kita ambil yakni sesorang yang mengorbankan dirinya demi menjaga kondusivitas NTB," kata Rohmi.

Staf Ahli Menteri Pariwisata Esthy Reko Astuti mengatakan, NTB memiliki empat agenda pariwisata yakni Festival Pesona Bau Nyale, Festival Tambora, Festival Moyo, dan Festival Pesona Khazanah Ramadhan, yang masuk dalam 100 kalender pariwisata nasional 2019.

"Pak Menteri (Pariwisata) menyampaikan agar Festival Bau Nyale bisa menjadi pendorong mengembangkan destinasi, NTB dalam hal ini Mandalika merupakan salah satu destinasi prioritas pemerintah dan Festival Bau Nyale ini salah satu atraksi unggulan kita semua," ucap Esthy.

Esthy mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan agar setiap agenda pariwisata dikemas dengan baik dan secara profesional agar memiliki daya tarik bagi wisatawan. Kemenpar, Esthy katakan, telah memfasilitasi penyelenggaraan dengan menghadirkan Denny Malik untuk mengemas malam puncak acara semakin menarik.

"Kita berharap dengan kegiatan ini benar-benar profesional dan mendukung pariwisata NTB dalam mendatangkan wisatawan," kata Esthy.

Wakil Bupati Lombok Tengah Pathul Bahri mengatakan Bau Nyale merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan masyarakat Lombok, khususnya yang berada di Lombok Tengah bagian selatan. Pathul mengapresiasi pemerintah pusat yang telah menjadikan ajang tradisi ini menjadi salah satu program pariwisata berskala nasional. Pathul berharap, hal ini bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.

"Semakin tahun semakin baik, mewakili keluarga besar Lombok Tengah saya mengucapkan terima kasih atas sinergitas dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Mudah-mudahan ke depan multiplier effect-nya bisa semakin baik," kata Pathul.

Bau Nyale berasal dari kata Bau yang berarti menangkap dan Nyale yang memiliki arti cacing berwarna-warni dalam bahasa Sasak. Bau Nyale atau menangkap cacing laut merupakan sebuah tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi penduduk asli Pulau Lombok yakni Suku Sasak. Pesta Bau Nyale ini erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang tentang hikayat seorang putri cantik bernama Mandalika.

Putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan memesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga Pangeran-Pangeran dari berbagai Kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan Kerajaan Beru berniat mempersuntingnya.

Sang Putri menjadi gusar. Pasalnya, jika memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak, nama lain Pulau Lombok.  Sang Putri akhirnya mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk bertemu di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan ke-10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh.

Di hadapan para pangeran dan rakyatnya, Sang Putri meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya tidak menemukan jasadnya. Setelah beberapa saat, datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Kisah ini menjadi salah satu event yang paling ditunggu-tunggu baik bagi masyarakat Lombok maupun para wisatawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement