Selasa 26 Feb 2019 17:17 WIB

Gaji Abdi Dalem Keraton Solo Diberikan Nontunai

Gaji abdi dalem keraton Solo diberikan dengan transfer ke rekening Bank Jateng.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Abdi dalem Kraton Solo di sekitar area Alun-Alun Utara Solo
Foto: antaranews
Abdi dalem Kraton Solo di sekitar area Alun-Alun Utara Solo

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Gaji para abdi dalem di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diberikan secara nontunai. Para abdi dalem kini memiliki rekening pribadi di BPD Bank Jateng. Sebelumnya, gaji para abdi dalem diberikan secara tunai.

Pembagian buku rekening kepada para abdi dalem oleh petugas Bank Jateng dilakukan di Pagelaran Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo, Selasa (26/2). Sejak adanya konflik keraton dalam beberapa tahun terakhir, bantuan dana hibah dari Pemprov Jateng untuk sementara dihentikan. Kemudian pada akhir 2017, Pemprov Jateng mencairkan dana hibah untuk Keraton Solo sebesar Rp 1,176 miliar.

Baca Juga

Pembina Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo, GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, mengatakan waktu konflik Keraton, setelah Keraton menerima dana hibah 2011, baru akhir 2017 dana hibar cair kembali. Kemudian pada waktu pencairan hibah akhir 2017 tersebut, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan kepada media terkait saran penggajian abdi dalem dibukakan rekening masing-masing.

"Saya menyambut apa yang disampaikan Gubernur supaya juga tidak ada kesalahan administrasi yang fatal nanti, terutama saya sendiri pada waktu mulai 2004 bertanggung jawab bantuan itu biar tidak ada tuduhan macam-macam," ujarnya kepada wartawan di sela-sela penyerahan buku rekening kepada abdi dalem.

Gusti Moeng mengaku, dalam konflik Keraton, dia juga pernah dituduh korupsi. Karenanya, untuk meluruskan tuduhan tersebut dan mengakomodasi keinginan Gubernur, maka para abdi dalem dibuatkan rekening masing-masing.

"Akan kami sampaikan daftar abdi dalem kami ini. Biar nanti dikroscek Provinsi untuk abdi dalem pastinya akan dicocokkan laporan dari Sinuhun [Paku Buwono XIII] abdi dalem siapa saja," ujarnya.

Gusti Moeng menambahkan, dalam tiga bulan terakhir, gaji para abdi dalem dibayarkan dari iuran para kerabat keraton. Nomimal iurannya sekitar Rp 80 juta per bulan. Gaji para kerabat keraton tersebut berasal dari Yayasan Istana Mataram.

Sebelumnya, para kerabat Keraton bersama pihak luar Keraton mendirikan Yayasan Istana Mataram yang memiliki beberapa badan usaha. Hasil dari Yayasan Istana Keraton tersebut digunakan untuk operasional dan gaji para abdi dalem serta kerabat Keraton.

"Kalau nanti dari Pemerintah memberi hibah, kami juga tetap menggaji abdi dalem, ini bentuk perhatian kami karena mereka mengabdi puluhan tahun," ungkapnya.

Gusti Moeng menyebut, total abdi dalem Keraton Solo hampir 400 orang. Mereka tersebar di beberapa lokasi dan situs Keraton, termasuk di Imogiri dan Kota Gede.

Nominal gaji para abdi dalem juga berbeda-beda tergantung jabatan dan lama pengabdian. Abdi dalem paling muda bergabung ke Keraton Solo pada 2004 gajinya paling kecil, yakni sekitar Rp 90 ribu. Kemudian gaji paling tinggi ada yang Rp 250 ribu atau Rp 200 ribu. Selain itu, Kanjeng Broto sebagai Pengageng Kusumo Wandowo Gede gajinya hampir Rp 1,5 juta karena sudah mengabdi puluhan tahun.

"Gusti-Gusti Pengageng-Pengageng juga dapat, walaupun dia patungan untuk administrasi ke pemerintah dia juga dapat, itu rata-rata Rp 600 ribu," ujarnya.

Menurutnya, informasi rekening para abdi dalem tersebut akan dipublikasikan. Sebab, sudah ada sejumlah konglomerat yang meminta daftar rekening abdi dalem untuk menyumbang. Gusti Moeng mempersilakan para konglomerat yang ingin membantu para abdi dalem berapapun nominalnya.

Salah satu abdi dalem, Endro Laksono (61 tahun), mengaku mendapatkan gaji Rp 360 ribu dalam sebulan. Sebab, dia memiliki tanggung jawab di dua lokasi, yakni di utara Museum Keraton Solo dan di dalam Sri Manganti Kamandungan.

"Baru kali ini gaji diberikan lewat bank, sebelumnya diberikan tunai. Dulu saya pernah punya buku tabungan, tapi karena lupa PIN jadi keblokir ATM-nya," ucapnya.

Dengan nominal gaji tersebut, Endro menjalani kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bapak lima anak tersebut kerap berjualan macam-macam, dari ayam hingga tahu bakso.

"Saya jadi abdi dalem sejak 1981, tahun 1983 nikah. Waktu pertama masuk gaji saya Rp 4.600. Kemudian pas nikah gaji naik menjadi Rp 5.300," ujarnya.

Namun, Endro tetap bersyukur. Sebab, rumah yang dia tempati merupakan milik Keraton Solo yang disewakan dengan nominal Rp 10 ribu per tahun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement