REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Otoritas Israel menyambut keputusan Vatikan untuk membuka arsip era Pius XII yang menjabat sebagai Paus selama Perang Dunia II. Menurut Tel Aviv, langkah tersebut dapat menjelaskan peran gereja ketika Perang Dunia II berkecamuk di Eropa.
"Kami senang dengan keputusan tersebut dan berharap hal itu akan memungkinkan akses gratis ke semua arsip yang relevan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nahshon melalui akun Twitter pribadinya pada Senin (4/3), dikutip laman Al Arabiya.
Yad Vashem, pusat peringatan dan penelitian Holocaust Israel juga memuji keputusan Vatikan. Yad Vashem berharap para peneliti diberi akses penuh ke semua dokumen yang disimpan dalam arsip.
"Membuka arsip akan memungkinkan penelitian yang objektif dan terbuka serta wacana komprehensif tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan Vatikan khususnya, dan Gereja Katolik pada umumnya, selama Holocaust (pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman)," kata Yad Vashem dalam sebuah pernyataan.
Paus Francis telah mengumumkan akan membuka arsip Paus Pius XII. Arsip itu dijadwalkan dapat diakses para peneliti pada 2 Maret 2020.
Paus Francis mengungkapkan, keputusan tersebut dibuat sebagai bukti bahwa Vatikan tidak takut terhadap sejarah kelam Perang Dunia II. Hal itu mengingat Vatikan kerap dituding bungkam atas terjadinya Holocaust.
"Gereja tidak takut terhadap sejarah. Sebaliknya, ia menyukainya, dan ingin lebih menyukainya, seperti mencintai Tuhan. Jadi, dengan kepercayaan yang sama dari para pendahulu saya, saya membuka dan mempercayakan kepada para peneliti, warisan dokumentasi ini," kata Paus Francis.
Cukup banyak kalangan menuding Paus Pius XII menutup mata dan tak mengambil tindakan apa pun saat Holocaust berlangsung. Vatikan telah membela Pius dengan mengatakan dia menggunakan diplomasi di belakang layar untuk mencoba menyelamatkan orang-orang Yahudi di Eropa saat itu.
Pius terpilih sebagai Paus pada 2 Maret 1939, enam bulan sebelum Perang Dunia II meletus di Eropa. Dia meninggal pada 9 Oktober 1958 di kediaman musim panas Vatikan di Castel Gandolfo, dekat Roma.
Vatikan biasanya menunggu 70 tahun setelah berakhirnya kepausan untuk membuka arsip yang relevan. Namun Takhta Suci ditekan untuk segera menyediakan arsip dan dokumentasi Pius XII. Hal itu mengingat penyintas Holocaust yang telah meninggal sedikit demi sedikit.