REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peran Kiai Maruf Amin sangat dipertaruhkan secara politik di Banten dan Jawa Barat. Jika mantan ketua umum MUI ini gagal mendulang suara yang signifikan di dua wilayah strategis tersebut, citranya bisa terganggu dan berpotensi melemahkan posisi tawarnya.
“Idealnya, posisi dan peran Kiai Maruf di dua wilayah tersebut selain, minimal, mempertahankan suara umat Islam, tapi juga bisa menyumbang elektabilitas buat Jokowi,” ungkap Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Toto Izul Fatah dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (8/3).
Menurut peneliti senior LSI Denny JA ini, peran ideal Kiai Maruf itu seharusnya sama seperti Jusuf Kalla di Sulawesi Selatan, saat dipilih mendampingi Jokowi pada Pilpres 2014 lalu. Hasilnya perolehan suaranya cukup signifikan. Bahkan, kata Toto, bisa dibilang, kalau tak ada faktor JK saat itu, Jokowi rawan disalip Prabowo-Hatta.
"Sehingga, karena sumbangan elektabilitasnya itu, JK secara politik relatif diperhitungkan dalam menjalankan fungsinya sebagai wakil presiden,” kata Toto.
Berdasarkan data terbaru survei LSI, jelas Toto, posisi elektabilitas Kiai Maruf di Banten dan Jabar masih belum aman menyumbang suara buat Jokowi. Bahkan, dalam berbagai simulasi, elektabilitas Jokowi yang kokoh secara personal menjadi turun saat dipasangkan dengan Kiai Maruf. Ini terjadi di Dapil 10 Jawa Barat, dimana Jokowi yang sudah mengantongi keunggulan 47,8% melawan Prabowo 41,8% secara personal, begitu dipasangkan dengan Kiai Maruf, elektabilitasnya menurun jadi 45%, sementara Prabowo-Sandi naik menjadi 42,8%.
Toto mencontohkan juga hasil survey di Banten. Dalam simulasi personal Jokowi yang sudah mengantongi 36%, saat dipasangkan dengan Kiai Maruf menurun menjadi 35%. Berbeda sebaliknya dengan elektabilitas Prabowo yang disumbang signifikan oleh calon wakilnya, Sandiaga Uno. Dari elektabilitas pesonalnya 38% naik menjadi 40%.
Begitu juga dengan data per Dapil seperti yang terlihat di Banten 1 (Pandeglang – Lebak). Posisi elektabilitas Jokowi yang sudah 37,7% menurun menjadi 35% saat dipasangkan dengan Kiai Maruf. “Dari sejumlah data tersebut, Kiai Maruf dalam waktu kurang dari dua bulan ini sebaiknya mampu merumuskan strategi yang lebih cerdas dengan sentuhan personal figure beliau yang lebih mengena,” tegas Toto.
Toto mengingatkan, posisi tawar Kiai Maruf akan melemah jika elektabilitas pasangan nomor urut 01 ini hanya mengandalkan kekuatan personal Jokowi. Padahal, spirit awal memilih Kiai Maruf itu dalam rangka menaikkan perolehan suara umat islam, minimal mempertahankan, tidak malah merontokan. Terutama, di wilayah yang seharusnya menjadi basis Kiai Maruf, yakni Banten dan Jabar.