REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat aliran modal portofolio asing yang masuk ke Indonesia sampai 6 Maret 2019 sebesar Rp 59,9 triliun secara year to date (ytd). Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ini lebih baik dari kondisi tahun lalu di periode yang sama.
"Tahun lalu, dari Januari hingga 6 Maret itu terjadi aliran dana keluar atau outflow, sebesar Rp 9,9 triliun, tapi sekarang inflow," kata Perry di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Jumat (8/3).
Dana asing masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 50,2 triliun, dan saham sebesar Rp 10,5 triliun. Hal ini membawa pengaruh positif pada kondisi ketahanan ekonomi Indonesia yakni menambah cadangan devisa (cadev).
Perry mengatakan cadev mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi 123,3 miliar dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi dari posisi akhir Januari sebesar 120,1 miliar dolar AS. Menurutnya, posisi cadev itu lebih dari cukup dari yang dibutuhkan Indonesia.
"Baik untuk membayar utang luar negeri, pembayaran impor dan bahkan lakukan stabilisasi nilai tukar rupiah," katanya.
Perry menilai, aliran sehat dana asing tersebut merupakan konfirmasi kepercayaan pasar baik domestik mau pun luar negeri terhadap perekonomian Indonesia. Selain karena menariknya imbal hasil aset keuangan dalam negeri.
Perry juga menyampaikan kondisi inflasi berdasarkan survei pemantauan harga minggu pertama Maret terpantau baik. BI memproyeksikan inflasi month to month (mtm) sebesar 0,07 persen atau 2,44 persen secara year on year (yoy).
Seperti bulan sebelumnya, harga-harga pangan menunjukkan kecenderungan penurunan seperti pada daging ayam ras, cabai merah, telur ayam dan berbagai sayur mayur. Sementara penyumbang inflasi di antaranya bawang merah, bawang putih dan angkutan udara.
"Ekspektasi inflasi terkendali merupakan konfirmasi bahwa harga-harga rendah dan terkendali," katanya.
Proyeksi 2,44 persen yoy tercatat lebih rendah dari inflasi bulan Febuari. Dengan kondisi saat ini, BI memprediksi inflasi 2019 bisa dicapai di bawah 3,5 persen.