REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian masyarakat menganggap bahwa Syeikh Muhammad Yusuf adalah salah satu guru dari pendekar Betawi yang sangat terkenal, Si Pitung. Dikisahkan, saat Pitung menimba ilmu pada Syeikh Yusuf, Si Pitung kerap menyusuri sungai Ciliwung dari Batavia (Jakarta) menuju Depok dengan menggunakan rakitan bambu.
Namun, berdasarkan penuturan salah satu cicit Syekh Yusuf, Fachruddin Sholeh, justru Syekh Yusuf merupakan Pitung generasi pertama. Karena, menurut dia, Pitung sebenarnya bukan nama seseorang melainkan nama yang diwariskan dari generasi ke generasi.
"Jadi Syekh Yusuf adalah pemimpin Pitung generasi pertama. Aisyah itu binti Jian. Jadi Jian itu sebetulnya Haji Naipin (yang dikisahkan sebagai guru pitung)," ujar Fachruddin kepada Republika.co.id, Jumat (8/3) lalu.
Menurut riwayat lisan, julukan "Si Pitung" berasal dari frasa Jawa "pituan pitulung" yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong". Jadi, menurut Fachruddin, Pitung merupakan nama julukan dari tujuh generasi Pitung.
"Jadi Pitung itu sama kayak Jayakarta, Brawijaya, Siliwangi, Jayakarta, Pakualam, itu semua nama jukukan. Kalau Brawijaya ada lima, Siliwangi ada delapan, Jayakarta ada tiga. Nah Pitung, sebenarnya ada 49 jika tujuh dikali tujuh," ungkap Fachruddin.
Di zaman penjajahan Jepang, menurut dia, memang semua nama keluarga Syekh Yusuf disamarkan. Bahkan, kata dia, nama asli Syekh Muhammad Yusuf sendiri sebenarnya adalah Muhammad Ali.
"Jadi sebetulnya kalau semua kisah Pitung yang difilmkan di TV itu kisah Syekh Yusuf semua," katanya.
Jika ada kalangan yang mengatakan bahwa Syeikh Muhammad Yusuf adalah salah satu guru dari Pitung, hal itu karena menganggap Syekh Yusuf lahir pada 1873 sebagai mana yang tertulis di batu nisannya. Namun, Fachruddin telah menjelaskan bahwa Syekh Yusuf sebenarnya lahir lebih lama pada 1857.
Masyarakat kerap mengaitkan Syeikh Yusuf dengan Si Pitung dikarenakan dengan keberadaan makam pendekar ini yang memang ada di Sukmajaya, Depok. Walaupun begitu, ada yang mengatakan bahwa makam Si Pitung yang sebenarya juga tertetak di Marunda, dan ada pula yang menyebut di daerah Palmerah, Jakarta.