Sabtu 09 Mar 2019 18:18 WIB

Venezuela Tuding AS Dalangi Pemadaman Listrik

Lopez mengklaim, serangan AS diduga dilakukan di pembangkit listrik tenaga air.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah keluarga bermain di ruang tamu rumah mereka, dihiasi dengan potret mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez, di Caracas, Venezuela.
Foto: AP/Rodrigo Abd
Sebuah keluarga bermain di ruang tamu rumah mereka, dihiasi dengan potret mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez, di Caracas, Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez menuduh Amerika Serikat (AS) mendalangi pemadaman listrik yang melumpuhkan negara itu. Pemadaman ini telah membuat hampir seluruh negara Amerika Selatan tanpa listrik dan menimbulkan kekhawatiran krisis dapat berlanjut ke fase baru yang lebih buruk.

"Tidak ada yang bisa begitu naif untuk berpikir ini adalah hasil dari nasib buruk atau kebetulan. Ini adalah agresi yang dirancang untuk meluluhlantakkan rakyat Venezuela, dan negara Venezuela," kata Lopez dalam pidato yang disiarkan televisi dari istana presiden Miraflores di Caracas, Jumat (8/3), dilansir di laman Guardian, Sabtu (8/3).

Baca Juga

Hampir semua dari 23 negara bagian Venezuela mengalami pemadaman listrik pada Kamis sore. Lopez mengklaim, serangan AS diduga dilakukan terhadap pembangkit listrik tenaga air Guri di selatan Venezuela yang memasok banyak listrik negara itu. Tindakan ini disebut telah disiapkan dan direncanakan dengan baik di Washington.

Ia mengaku hal ini telah menyebabkan kesulitan, tetapi Lopez bersikeras para pejabat Maduro, dan angkatan bersenjata akan melawan balik. "Kami di sini untuk mengirimkan pesan perdamaian kepada semua orang Venezuela. Semuanya tenang," kata dia.

Sebelumnya, Wakil Presiden Delcy Rodriguez mengecam insiden itu sebagai bagian dari rencana jahat untuk menggulingkan Maduro. Saat ini Maduro menghadapi pertempuran dalam mempertahankan kekuasaan, setelah pemimpin oposisi, Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai pemimpin sementara Venezuela yang sah pada 23 Januari. Guaido diakui oleh sebagian besar pemerintah barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Akan tetapi, Maduro hampir tidak pernah dilihat atau didengar setelah pemadaman listrik. Satu-satunya pernyataan publiknya datang dalam bentuk dua twit, di mana ia menyalahkan AS dan bersumpah, "Kami akan menang!," cicitnya.

Sementara Guaido muncul di sebuah rapat umum di Caracas. Ia mendesak para pendukungnya untuk kembali ke jalan-jalan untuk protes baru pada Sabtu.

Rekaman video mengerikan diunggah di media sosial menunjukkan para dokter berusaha menjaga anak-anak bernafas di rumah sakit. Di salah satu ruang bersalin di kota itu, seorang wartawan Associated Press melihat ibu yang menangis menyaksikan perawat menggunakan lilin untuk memantau tanda-tanda vital bayi prematur mereka setelah generator cadangan ditutup.

Seorang dokter di negara bagian Lara, Alberto Paniz-Mondolfi, memperingatkan banyak nyawa akan hilang sebagai akibat dari pemadaman yang menghancurkan. "Ini mengerikan. Akan ada kematian yang tak terhitung jumlahnya," kata dia.

Maria Zarate, seorang ibu berusia 24 tahun yang berada di rumah sakit Jose Manuel de los Rios di Caracas bersama putranya ketika lampu padam, menggambarkan adegan kekacauan ketika para perawat berlari di koridor untuk mencari resusitasi manual. Para perawat berusaha mempertahankan kelangsungan hidup pasien.

"Itu gila. Kita terpaut karena kita tidak tahu apa yang sedang terjadi" ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement