REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab
Salah satu isi kandungan Alquran yang cukup dominan adalah kisah umat terdahulu, baik yang saleh maupun durhaka. Kisah-kisah umat terdahulu menghiasi lebih dari 30 persen ayat Alquran.
Tujuan utama pengisahan adalah agar umat Nabi Muhammad SAW mau menjadikannya sebagai pelajaran berharga untuk menatap masa depan yang lebih mulia dan bahagia, bukan sengsara dan binasa, baik di dunia maupun akhirat.
Di antara kisah menarik dalam Alquran adalah kisah pemilik kebun yang kikir. "Sesungguhnya Kami telah memberi cobaan kepada mereka (musyrikin Makkah) sebagaimana Kami memberi cobaan kepada para pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya di pagi hari, dan mereka tidak mengucapkan insya Allah."
"Lalu, kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur; maka jadilah kebun itu hitam (karena terbakar) seperti malam yang gelap gulita.Lalu mereka saling memanggil di pagi hari."
"Pergilah di pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak meme tik buahnya. Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik: pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu." "Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat mengha langi (orang miskin), padahal mereka mampu (menolongnya)."
"Tatkala mereka melibat kebun itu, mereka berkata: 'Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)'." "Berkatalah orang yang paling baik pikirannya di antara mere ka: 'Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendak lah ka mu bertasbih (kepada Tuhanmu)!' Mereka mengucapkan:
'Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim'." "Lalu satu sama lain saling berhadap-hadapan seraya saling mencela. Mereka berkata: 'Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita adalah orang-orang yang melampaui batas'." (QS al-Qalam [68]: 17-31)
Kisah menarik dan sarat pesan moral tersebut menunjukkan, bakhil atau kikir itu merupakan karakter seka ligus penyakit sosial yang sangat berbahaya, baik bagi pelaku nya sendiri maupun orang lain, terutama kaum fakir-miskin. Bahaya kikir itu terlihat dari sikap pemilik kebun yang som bong dan merasa tidak akan ada yang dapat menggagal kan panennya, sekaligus kerakusannya terhadap karunia Allah dengan tidak mau peduli dan simpati terhadap sesama nya.
Sebagai peringatan keras bagi orang kikir, Allah SWT lalu men datangkan petir yang menyambar dan menghanguskan kebun yang sudah siap dipanen milik orang bakhil itu. Ketika datang ke kebun di pagi buta, mereka hanya bisa "gigit jari" sambil menyesali diri karena apa yang sudah direncanakan (panen besar) ternyata gagal total.
Pesan moral yang dapat dipetik adalah bahwa karakter kikir, sombong, dan rakus, minimal kikir dalam mensyukuri nikmat Allah itu sangat berbahaya karena dapat menjadi penyebab banyak bencana, musibah, dan malapetaka yang datang silih berganti.
Kekikiran, keserakahan, dan kesombongan kerap kali membuat manusia tidak pernah dapat bersikap qana'ah dan tidak pandai bersyukur kepada Allah SWT, sehingga menjadi orang yang durhaka dan melupakan-Nya.
Orang kikir cenderung berniat jahat dengan sikap antisosial dan tidak peduli terhadap nasib fakir miskin.Kisah tersebut sekaligus menunjukkan bahwa kekikiran finansial dan sosial cende rung melahirkan karakter egois dan individualistis yang berlebihan, sehingga pelakunya tidak memiliki sikap empati.
Dengan demikian, warga bangsa ini perlu mengubah karakter negatif seperti kikir dan sombong menjadi karakter positif dengan menyadari sepenuh hati bahwa sesungguhnya kepemilikan di dunia ini hanyalah titipan yang bersifat sementara belaka, karena semua yang ada di langit dan di bumi pada hakikatnya adalah milik Allah SWT.