REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bumi itu Bulat merupakan judul film Indonesia yang dibuat dengan tujuan mempersatukan kebangsaan Indonesia. Produser film bahkan sengaja bekerja sama dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor hingga berulang kali memperbaiki skenario agar film tak menyinggung siapapun.
“Itu juga sempat ada omongan sih. Jangan sampai film ini malah memperuncing perbedaan yang telah ada, karena memang bukan tujuannya. Makanya kita sempat bongkar pasang skripnya berkali-kali,” kata Produser Bumi itu Bulat, Robert Ronny, di wilayah Kemang, Jakarta Selatan, Senin (11/3).
Film yang mengusung tema toleransi itu, disebut Robert telah mengalami proses pembuatan skrip yang matang. Dia beberapa kali meminta pendapat kepada teman-temannya yang menganut agama Islam mengenai skenario yang telah jadi.
Jika memang dinilai masih menyinggung salah satu pihak, maka skenarui kemudian diganti. Proses bongkar pasang dilakukan selama tujuh kali.
“Jadi kita sebisa mungkin, semaksimal mungkin tidak menyinggung siapa-siapa, tapi pesannya (mengenai toleransi) itu sampai. Tidak gampang,” ujarnya.
Dia lalu menceritakan, ide toleransi pada awalnya tercetus pada sekitar September 2018 saat berdiskusi dengan GP Ansor. Prosesnya sendiri, terjadi sangat cepat hingga pada akhirnya skenario diserahkan kepadap penulisnya, yaitu Andre Supangat. Sementara, proses pengambilan gambar terjadi pada Januari sampai Februari lalu.
Bumi itu Bulat yang mengusung tema toleransi rencananya tayang 11 April 2019. Film yang melibatkan banyak pemain baru seperti Ryan Wijaya, Rania Putri Sari, dan Febby Rastanty ini digarap oleh sutradara Ron Widodo.
Sementara, pemain pendukung lebih senior juga dilibatkan untuk bermain peran pada film ini. Seperti, Christine Hakim, Ria Irawan, Mathias Muchus, dan Arie Kriting.