REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama lengkapnya, Abu Al-Hasan Ali Ibnu Al-Husain Al-Mas'udi. Lebih dikenal sebagai al-Mas'udi. Dia adalah seorang sejarawan sekaligus penjelajah Muslim yang terkenal pada abad ke-10. Dedikasinya turut merintis lahirnya ilmu sejarah modern. Kalangan orientalis Barat menjulukinya "Herodotus dari Arab" (Herodotus adalah sejarawan Yunani Kuno, yang digelari "Bapak Sejarah").
Al-Mas'udi merupakan sejarawan Muslim pertama yang memadukan sejarah dan geografi ilmiah. Hal itu dilakukannya lewat sebuah adikaryanya, Muruj Adh-Dhahab Wa Ma'adin Al-Jawahir ('Padang Rumput Emas dan Tambang Permata').
Ahmed MH Shboul dalam bukunya, Al-Mas'udi and His World: A Muslim Humanist and His Interest in Non-Muslims menuturkan, bukan tanpa alasan sejarawan Muslim itu disejajarkan dengan Herodotus. Herodotus sendiri dikenal sebagai 'Bapak Sejarah' karena telah menulis suatu kumpulan cerita mengenai berbagai tempat dan orang yang ia kumpulkan sepanjang perjalanannya. Itu pula yang dilakukan Al-Mas'udi pada abad ke-10. Dia menulis catatan perjalanannya ke berbagai tempat.
Al-Mas'udi tak hanya mampu menggabungkan geografi ilmiah dengan sejarah. Dia juga menulis peristiwa-peristiwa sejarah yang disaksikannya dengan kritis.
Dialah sejarawan pertama yang mengawali perubahan dalam seni menulis sejarah. Al-Mas'udi pun tercatat sebagai sejarawan yang memperkenalkan elemen-elemen analisis, refleksi, dan kritik dalam penulisan sejarah atau historiografi.
Sistem penulisan sejarah yang digagasnya kemudian disempurnakan oleh sejarawan dan ilmuwan Muslim legendaris dari abad ke-14, Ibnu Khaldun. Kontribusi al-Mas'udi yang begitu besar bagi studi sejarah juga dituangkan dalam kitab bertajuk Al-Tanbeeh. Dalam kitab itu, al-Mas'udi membuat sebuah studi sejarah yang sistematis; berlawanan dengan perspektif geografi, sosiologi, antropologi, dan ekologi.
Kedalaman dan keluasan ilmunya tak perlu diragukan. Pada masanya, Al-Mas'udi mampu menganalisis secara tajam dan mendalam tentang penyebab jatuh bangunnya negara-negara. Dengan pendekatan analitis dan ilmiahnya, dia mampu menyampaikan sebuah laporan mengenai penyebab gempa bumi yang terjadi pada tahun 955.
Al-Mas'udi pun mampu membahas Laut Merah serta masalah-masalah lainnya dalam ilmu bumi. Dia juga tercatat sebagai penulis pertama yang mengungkapkan adanya kincir angin--ditemukan oleh Muslim Sijistan. Selain menguasai sejarah dan geografi, Al-Mas'udi pun menguasai beragam bidang ilmu lainnya.
Ia juga telah mendedikasikan diri bagi pengembangan ilmu musik. Lewat bukunya yang bertajuk Muruj al-Thahab, Al-Mas'udi mengungkapkan informasi penting tentang asal mula musik Arab dan musik-musik di negeri lain. Karya lainnya adalah risalah berjudul Muruj al-Zaman.
Selain itu, al-Mas'udi juga sempat menyelesaikan penulisan Kitab Al-Ausat. Di akhir kariernya, sang sejarawan legendaris ini mampu merampungkan penulisan Kitab al-Tanbih wa al-Ishraf.
Sepanjang hayatnya, Al-Mas'udi mampu menulis tak kurang dari 34 judul kitab. Hal itu diungkapkannya dalam karya berjudul Al-Tanbih.
Sayangnya, dari 34 judul buku yang berhasil ditulisnya pada abad ke-10, hanya tiga buku yang masih eksis hingga kini.
"Dengan hilangnya sebagian besar buku yang ditulisnya sehingga ada yang meragukan kemampuannya melakukan penjelajahan hingga ke Cina dan Madagaskar," papar Ahmed MH Shboul.
Terlepas dari itu, masyarakat dunia patut berterima kasih kepada Al-Mas'udi yang telah berjasa dan memberi kontribusi penting bagi geografi, sejarah, dan ilmu bumi. Al-Mas'udi juga tercatat sebagai saintis awal yang mencetuskan beberapa aspek dalam evolusi. Ia sempat mencetuskan tesis mengenai evolusi kehidupan dari mineral menjadi tanaman, tanaman menjadi binatang, dan binatang ke manusia.