Rabu 13 Mar 2019 08:38 WIB

Utamakan Siasat Defensif

Rasulullah tidak pernah mengarah pada hal-hal yang bersifat aniaya atau agresi.

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sumber yang sama disebutkan pula bahwa dalam menjalankan siasat dan taktik perang, Rasulullah tidak pernah mengarah pada hal-hal yang bersifat aniaya, penghancuran, ataupun agresi. Rasulullah hanya mengutamakan penerapan siasat defensif atau pertahanan dan pembelaan diri.

Secara singkat dikatakan bahwa kemampuan bersiasat Rasulullah SAW berpadu dengan kesempurnaan akhlaknya. Karena itu, beliau dikenal bijaksana dalam menyelesaikan berbagai perkara dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya.

Baca Juga

Dicontohkan dalam persiapan barisan pasukan menjelang Perang Badar, Rasulullah memukul perlahan perut seorang pemuda dengan tongkat kecil yang dibawanya, disebabkan pemuda tersebut keluar dari deretan barisan.

Sang pemuda lalu berkata dengan lantang, “Ya Rasulullah, engkau telah menyakiti perutku sedang kan Allah mengutusmu untuk menegakkan hak dan keadilan dan sekarang aku akan membalasnya.”

Tanpa berkata-kata, Rasulullah segera menyingkap pakaian hingga menampakkan perutnya, dan berkata, “Balaslah.” Pemuda itu segera memeluk perut Rasulullah hingga membuat Rasulullah bertanya keheranan tentang apa yang dilakukan pemuda tersebut. Sang pemuda menjawab, “Aku sangat ingin kulitku bersentuhan dengan kulitmu pada saat terakhir dari hayatku ini.”

Dalam banyak kisah peperangan lainnya, keagungan jiwa kepemim pinan Rasulullah tampak dalam cara beliau mengoordinasikan persiapan perang dengan para sahabatnya. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut, Rasulullah memberi mereka ke sempatan untuk menyampaikan pendapat dan menggunakan pendapat tersebut jika dianggap membawa mashlahah bagi kubu kaum Muslimin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement