REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Seiring dengan perkembangan teknologi dan e-commerce, muncul sektor bisnis baru yang populer disebut jasa titip (jastip). Bisnis itu telah berkembang di berbagai sektor penjualan produk, mulai dari fashion, makanan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya.
Dewi Ardiah Larasati (22 tahun) awalnya aktif membuka layanan jastip hanya karena hobi berbelanja. Setelah melihat peluang bisnis dari hobinya itu, dia lantas mengembangkan bisnis jastip khususnya pakaian Muslimah.
Alumnus Teknik Industri Universitas Surabaya ini tidak hanya berburu pakaian baru, tetapi juga yang pre-loved. Artinya, pakaian yang hanya dipakai sesekali oleh pembeli awal.
"Jadi saya preloved aja (jual barang seken kondisi bagus)," kata Dewi kepada Republika.co.id, Jumat (15/3).
Salah satu pelaku bisnis jasa titip (jastip), Aleesha Store. (Sumber: Ist)
Setelah sering menjual barang-barang preloved pada 2017, Dewi berpikir untuk mengembangkan lebih lanjut bisnis jastipnya. Dia mulai memesan barang-barang mode (fashion) di brand Muslimah lokal yang terkenal. Umumnya, para penjual juga memanfaatkan Instagram atau berbagai platform media sosial untuk membuat sistem order, "siapa cepat, dia dapat."
Dia dan timnya dari Aleesha Store membuka pre order untuk pemesanan produk tersebut dengan memberikan tarif tertentu. Awalnya, kenang dirinya mengenang, masih buntung. Hanya berhasil memutar modalnya yang berasal dari uang saku untuk berkuliah.
Dia pun tidak bisa terus memanfaatkan gratis ongkos kirim (ongkir) dari berbagai marketplace. Sebab, dana hasil penjualan tertahan cukup lama, sementara uang harus segera diputar.
"Tarif jastipnya hanya Rp 10 ribu (hingga) Rp 25 ribu di luar ongkos kirim, dengan sistem pembayaran uang muka 50 persen. Di situ saya kasih subsidi ongkir sendiri. Awalnya masih rugi, karena kan masih penetrasi pasar. Lama-lama Aleesha Store mulai dikenal sebagai jastip terpercaya," tutur dia.
Ketika pelanggan semakin banyak, Dewi mulai mencari admin di daerah lain, Jakarta dan Bandung. Hal ini mempertimbangkan banyaknya pelanggan dari daerah Jakarta dan Jawa Barat, dibandingkan Surabaya, tempatnya berdomisili. Dengan demikian, ongkos kirim tidak terlalu mahal, dan bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan.
Saat ini tiap bulannya Aleesha bisa membuka pre order jastip sebanyak 3-4 kali, dengan pemesanan lebih dari 300 pieces per pemesanan. Omzetnya pun bisa mencapai Rp 20 juta sekali pre order.
Salah satu pelaku bisnis jasa titip (jastip).
Banyaknya pelanggan dan followers di Instagram @Aleesha_store telah mendorong Dewi untuk membuat bisnis fashionnya sendiri. Saat ini timnya telah memproduksi pakaian di Madura, dan akan di launching pada bulan April.
"Mudah-mudahan sudah bisa jual produk sendiri bulan depan. Kita juga kolaborasi untuk produk lebaran," ungkap Dewi.
Selain dapat mempekerjakan karyawan, Dewi juga tidak lupa untuk menyumbangkan 10-20 persen keuntungannya setiap bulan. Dia juga menjual produk yang keuntungannya untuk disumbangkan.
Dari Ibu Rumah Tangga hingga Fans K-Pop
Selain Dewi, ada pula Febi Megasari (34 tahun) yang juga mengembangkan bisnis jastipnya dari preloved barang- barang sejak 2016. Febi merupakan seorang ibu rumah tangga. Di awalnya bermaksud mencari uang tambahan dari bisnis ini. Dengan memanfaatkan marketplace yang menawarkan ongkir gratis, dimulailah bisnisnya ini. Memang, umumnya pelanggan menyukai yang marak beri promosi ongkir gratis.
Menurut Febi, bisnis jastip ini sangat menjanjikan kalau serius menekuninya. "Karena saya ibu rumah tangga yang punya anak, jadi saya jalani ya buat tambah-tambahan saja, tidak setiap open order harus ikut. Pantau Instagram, lihat dulu kira-kira yang banyak diminati pembeli," jelasnya yang biasa membuka pemesanan di instagram @Febimegasari.
Dia pandai membaca tren. Demam K-Pop juga membuat bisnis jastip ini berkembang untuk pemesanan merchandise penggemar. Alliya Nur Aisyah (24 tahun) mengembangkan bisnis ini saat keranjingan beli barang-barang merchandise idolanya.
"Jadi awalnya waktu nonton konser ada temen-temen yang mau beli barang- barang buatan fans, fangoods gitu. Tapi gak tau gimana cara belinya," jelas Alliya.
Kemudian, ia menawarkan kepada teman-temannya untuk beli berbarengan. Awalnya pada 2015 dia tidak menyebut ini bisnis jastip, karena memang dia hanya membantu sesama KPopers untuk membeli merchandise.
Khusus untuk barang-barang dari luar negeri, seperti Korea Selatan, Alliya menitip beli pada teman-temannya yang kesana, karena dia sendiri belum pernah ke Korsel.
"Jadi saya sharing profit sama mereka, 30-40 persen. Tiap bulannya gak tentu ada berapa jastip. Tapi lumayan lah, bisa beli merchandise sendiri. Nambah-tambahin uang jajan juga," kata Alliya.
Dia berharap untuk menekuni bisnis ini bila ada kesempatan. Apalagi sekarang preferensi orang berbeda-beda, ada yang sukanya beli barang sendiri seperti dia, dan ada juga yang tidak mau ribet, maka memilih jastip. Berkat ini, namanya pun sudah cukup dikenal oleh para Kpopers yang ingin membeli merchandise.