Rabu 20 Mar 2019 09:05 WIB

Fakta Baru Jatuhnya Lion Air JT610

Ada pilot ketiga dalam pesawat penerbangan sebelum JT610.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Penemuan CVR Lion Air JT610.
Foto: Republika/ Wihdan
Penemuan CVR Lion Air JT610.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakta baru mengenai jatuhnya maskapai Lion Air JT610 terungkap. Sebelum terbang dengan nomor penerbangan JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang, Lion Air dengan jenis pesawat Boeing 737 MAX 8 terbang dengan rute Denpasar-Jakarta.

Pesawat PK-LQP itu sempat bermasalah. Namun, seorang pilot yang sedang tidak bertugas berada dalam kokpit. Dia mendiagnosis permasalahan tersebut.

Baca Juga

Dilaporkan Bloomberg, Rabu (20/3), ketika itu pilot tersebut mendiagnosis masalah dengan tepat dan memberi tahu rekan kerjanya mengenai cara menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang tidak berfungsi. Pilot ini mengatakan kepada rekan kerjanya untuk memutus tenaga ke motor yang menggerakkan hidung pesawat ke bawah. Berkat pilot tersebut, rute penerbangan Lion Air dari Bali ke Jakarta dapat mendarat dengan selamat.

Keesokan harinya, pesawat tersebut kembali terbang di bawah kru yang berbeda dengan tujuan Jakarta-Pangkalpinang. Pesawat dengan nomor penerbangan JT610 ini menghadapi kegagalan fungsi yang identik, dan tidak dapat dikendalikan oleh pilot sehingga jatuh ke perairan Karawang serta menewaskan 189 penumpang dan awak.

photo
Petugas Inspektur Kelaikudaraan DKPPU Kementerian Perhubungan dan tekhnisi Lion Air melakukan pemeriksaan seluruh mesin dan kalibrasi dengan menggunakan alat simulasi kecepatan dan ketinggian pesawat pada pesawat Boing 737 MAX 8 milik Lion Air di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/3/2019).

Laporan ini sebelumnya tidak pernah diungkapkan oleh maskapai Lion Air, dan merupakan petunjuk baru tentang bagaimana pilot menghadapi kegagalan fungsi pada Boeing 737 MAX 8. Kehadiran pilot yang sedang non-aktif dalam penerbangan Bali-Jakarta tersebut tidak terdapat dalam laporan Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT). Maskapai Lion Air menolak memberikan keterangan lebih lanjut terkait hal tersebut.

"Semua data dan informasi yang kami miliki dan data pesawat telah diserahkan kepda KNKT. Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini karena penyelidikan sedang berlangsung," ujar juru bicara Lion Air, Danang Prihantoro melalui sambungan telepon.

Dalam laporan KNKT disebutkan pesawat mengalami beberapa kegagalan dalam penerbangan sebelumnya dan belum diperbaiki dengan benar. Sementara perwakilan Boeing dan KNKT menolak mengomentari adanya pilot lain dalam penerbangan sebelumnya.

Sistem keamanan yang dirancang untuk menjaga agar pesawat tidak naik terlalu curam telah menjadi fokus penyidik. Sebuah sensor yang rusak diyakini telah menipu komputer pesawat Lion Air sehingga secara otomatis membuat hidung pesawat menukik tajam ke bawah.

Setelah Lion Air jatuh, dua serikat pilot Amerika Serikat mengatakan, terdapat potensi risiko sistem yang dikenal dengan nama Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS). Sistem ini belum dijabarkan secara memadai dalam manual pelatihan mereka, termasuk penjelasannya. Persatuan Asosiasi Pilot American Airlines Group juga mengatakan tidak ada perincian mengenai sistem tersebut dalam dokumentasi pesawat.

photo

"Kami tidak diberi tahu dan itu membuat kami bertanya-tanya. Saya berharap tidak ada kecelakaan lagi di luar sana," ujar Presiden Asosiasi Pilot Southwest Airlines, Jon Weaks.

MCAS digerakkan oleh sensor tunggal di dekat hidung pesawat untuk mengukur angle of attack, atau mengukur udara mengalir sejajar dengan panjang badan pesawat atau pada suatu sudut. Pada penerbangan Lion Air, sensor angle of attack mengalami kegagalan, dan mengirimkan pembacaan yang salah. Dengan demikian, hidung pesawat menukik tajam hingga akhirnya terjatuh.

Boeing 737 MAX 8 dihentikan operasionalnya pada 13 Maret 2019 oleh regulator AS, setelah ditemukan kemiripan jatuhnya Ethiopian Airlines dengan Lion Air. Inspektur jenderal Departemen Perhubungan AS sedang melakukan tinjauan tentang sertifikasi pesawat. Selain itu, Departemen Kehakiman AS juga tengah meninjau adanya tindak pidana dalam memberikan sertifikasi pesawat.

"Kami akan sepenuhnya bekerja sama dalam peninjauan di Kementerian Perhubungan," ujar juru bicara Boeing Charles Bickers, yang enggan mengomentari tentang adanya kemungkinan tindak pidana.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement