Senin 25 Mar 2019 17:18 WIB

Kim Jong-Un akan Kunjungi Rusia

Tanggal pasti kunjungan Kim Jong-un ke Rusia belum ditentukan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un

REPUBLIKA.CO.ID, MOKSOW -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un akan mengunjungi Rusia sekitar musim semi atau musim panas tahun ini. Hal tersebut diungkapkan oleh anggota parlemen Rusia, Alexander Bashkin.

"Tanggal pasti belum ditentukan," ujar Bashkin dikutip kantor berita RIA, Senin (25/3).

Baca Juga

Dilaporkan Korea Times, Sekretaris Utama Kim, Kim Chang-son tiba di Vladivostok pada Ahad (24/3) pagi setelah melakukan kunjungan lima hari ke Moskow. Sekretaris Kim bertolak dari Bandara Internasional Sheremetyevo, di barat laut Moskow tengah dengan penerbangan Aeroflot Rusia SU 1700.

"Kunjungan Sekretaris Kim ke Vladivostok dipandang sebagai langkah yang diperlukan menjelang pertemuan Kim dan Putin," kata seorang pejabat pemerintah yang enggan disebut namanya.

Sebelumnya, Sekretaris Kim juga telah datang lebih dahulu ketika pemimpin Korut dan Amerika Serikat (AS) melakukan pertemuan di Singapura maupun Vietnam beberapa waktu lalu. Kedatangan Sekretaris Kim tersebut yakni untuk memeriksa hotel dan akomodasi lainnya yang akan digunakan oleh delegasi Korut.

Pada 4 Maret 2019, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Moskow berharap bisa segera menetapkan tanggal pertemuan antara Kim dan Presiden Rusia Vladamir Putin. Kesepakatan mengenai tanggal pertemuan rencananya akan diumumkan dalam waktu dekat. Sebab, kedua belah pihak telah melakukan komunikasi diplomatik.

Beberapa analis politik menyatakan, pertemuan antara Kim dan Putin dapat meningkatkan fokus pada kerja sama bidang ekonomi. Pemimpin Partai Demokrasi dan Perdamaian, Chung Dong-young mengatakan, tujuan Kim mengunjungi Rusia yakni untuk meninjau kembali rencana penambakan volume perdagangan kedua negara.

"Kim Jong-un tampaknya akan meninjau kembali rencana untuk menambah volume perdagangan Korut dengan Rusia dalam batas-batas, baik PBB maupun Washington yang menjatuhkan sanksi. Sanksi internasional yang berkelanjutan terhadap Korut sebenarnya menjadi kunci untuk peningkatan kemitraan ekonomi Korut-Rusia," ujar Chung.

Chung yang juga merupakan anggota Komite Administratif dan Keamanan Majelis Nasional menambahkan, ekonomi Korut sangat tergantung pada bantuan Rusia dan Cina. Setelah kegagalan pembicaraan dengan AS di Hanoi, Kim ingin memperkuat hubungannya dengan Putin maupun Presiden Cina, Xi Jinping.

Sementara itu, pengamat politik Korut, Park Ji-won mengatakan, pertemuan antara Kim dan Putin akan membahas mengenai pengembangan satelit dan upaya mendapatkan bantuan untuk membebaskan Korut dari sanksi AS. Korut disebut akan menggunakan hubungan pribadi Putin dengan Presiden AS Donald Trump untuk bebas dari sanksi tersebut.

Di sisi lain, Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in juga ingin terlibat kerja sama ekonomi lebih banyak dengan Korut dan Rusia. Beberapa bulan lalu, Moon menggemborkan pengembangan kerja sama energi di Asia Timur Laut. Rusia secara luas dipandang sebagai salah satu pilar utama dalam penyediaan sumber daya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement