REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Dono Boestami mengatakan, pemerintah tengah menjalankan program program penyerapan sawit berupa biodiesel untuk digunakan terhadap industri. Penerapan bahan bakar nabati ini dipercaya dapat dikembangkan secara maksimal.
Dia menjelaskan, sejauh ini pemerintah telah memiliki program serta teknologi untuk mendorong industri sawit menyerap biodiesel dan bahan bakar berbahan dasar sawit lainnya yakni green fuel. Sebagai pelengkap dari teknologi bio 30 persen atau (B30), pihaknya realistis green fuel dapat diterapkan dan dikembangkan secara maksimal.
“Kembangkan green fuel saja sudah bagus, tidak usah ke B50 atau bahkan B100 dulu,” kata Dono, di Jakarta, Rabu (27/3).
Pemerintah memang gencar melakukan beragam cara untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk dari kebijakan Uni Eropa yang mencoret sawit dari komoditas nabati. Alasannya, sawit dinilai tidak ramah lingkungan serta menyebabkan deforestasi. Saat ini, pemerintah masih merespons keras kebijakan Uni Eropa tersebut karena dinilai tidak sesuai dengan fakta serapan lahan dan efisiensi sawit.
Untuk itu, kata dia, seiring dengan kebijakan retaliasi yang sedang disusun pemerintah, program penyerapan sawit dengan biodiesel saat ini tergantung dari bagaimana serapannya. Di samping, aturan mengenai biodiesel telah disusun pemerintah dan dapat diterapkan di akhir tahun ini.
“Berdasarkan basis data, teknologi, dan bahan baku, kita sudah siap. Tinggal bagaimana kita ini mau atau tidak untuk menerapkannya,” kata dia.