Sabtu 11 Jan 2025 13:16 WIB

BI: Data Penjualan Ritel Alami Kenaikan di Desember 2024 

Kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah subkelompok sandang.

Rep:  Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Pengunjung berbelanja di salah satu gerai. Bank Indonesia mengatakan data penjualan ritel alami kenaikan di Desember 2024. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung berbelanja di salah satu gerai. Bank Indonesia mengatakan data penjualan ritel alami kenaikan di Desember 2024. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis data penjualan eceran atau ritel yang mengalami peningkatan tipis pada Desember 2024. Data itu mengklaim masih menggeliatnya industri ritel di Indonesia hingga akhir 2024. 

“Kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Desember 2024. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Desember 2024 yang diprakirakan mencapai 220,3 atau secara tahunan tumbuh 1,0 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi, Jumat (10/1/2025) lalu. 

Baca Juga

Denny menjelaskan, peningkatan IPR pada Desember 2024 secara tahunan tersebut terutama bersumber dari kelompok suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman dan tembakau. “Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan terakselerasi dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,4 persen (mtm),” lanjutnya. 

Denny menyebut, kelompok dengan pertumbuhan tertinggi adalah subkelompok sandang, diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta suku cadang dan aksesori. Itu sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat menjelang perayaan hari besar keagamaan nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.

Pada November 2024, IPR tercatat 209,7 atau secara tahunan tumbuh 0,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2024 sebesar 1,5 persen (yoy). Pertumbuhan pada November 2024 terutama didorong kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, suku cadang dan aksesori, serta makanan, minuman, dan tembakau. 

Sementara itu, secara bulanan, penjualan eceran pada November 2024 mengalami kontraksi 0,4 persen (mtm), setelah mencatat kontraksi sebesar 0,01 persen (mtm) pada bulan sebelumnya. Mayoritas kelompok mengalami kontraksi, terutama terjadi pada kelompok barang budaya dan rekreasi, suku cadang dan aksesori serta makanan, minuman, dan tembakau. 

Hal itu disebabkan oleh penurunan permintaan masyarakat akibat faktor cuaca yang menahan aktivitas masyarakat. Sementara itu, kelompok yang tercatat masih tumbuh dan menjadi penopang kinerja penjualan eceran adalah peralatan informasi dan komunikasi serta bahan bakar kendaraan bermotor.

“Dari sisi harga, tekanan inflasi 3 bulan yang akan datang pada Februari 2025 diprakirakan meningkat, sementara inflasi 6 bulan yang akan datang pada Mei 2025 diprakirakan menurun,” lanjut Denny. 

Hal itu tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Februari 2025 sebesar 160,2, lebih tinggi dibandingkan dengan IEH pada periode sebelumnya sebesar 157,8, sejalan dengan rata-rata historis kenaikan harga menjelang bulan Ramadan pada tiga tahun terakhir. 

Sementara itu, IEH Mei 2025 tercatat sebesar 151,1, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 165,4 seiring dengan normalisasi permintaan pasca HBKN Idul Fitri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement