Senin 01 Apr 2019 20:25 WIB

BRG Ungkap Potensi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Sawah

Lahan gambut tipis bisa dimanfaatkan untuk persawahan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Dwi Murdaningsih
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead usai audiensi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (1/4).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead usai audiensi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazier Foead mengungkap potensi dari pemanfaatan lahan gambut untuk areal persawahan. Menurut Nazier, hal itu sudah berjalan di lahan gambut di Kalimatan Tengah, Kalimantan dan Sumatra Selatan.

Menurutnya, di Kalimantan Selatan, ada 142 ribu hektar dari eks lahan gambut 1 juta hektar, yang dimanfaatkan untuk sawah. Ia mengatakan, dengan per hektar menghasilkan empat ton, maka asumsi 100 ribu hektar dapat menghasilkan hasil pertanian yang cukup signifikan.

Baca Juga

"Kalau potensi, dengan 100 ribu Ha saja kan bisa dapat empat ton per Ha. Panen setahun dua kali, itu bisa 800 ribu ton," ujar Nazier di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (1/4).

Sementara di Sumatra Selatan, Nazier mengatakan sudah berjalan pemanfaatan lahan gambut untuk pesawahan. Hal ini setelah petani di wilayah tersebut yang didukung Pemerintah setempat telah membuat banyak program.

Namun demikian, ia tidak mengungkap detil luas pemanfaatan lahan gambut untuk sawah di Sumsel.

"Saya tidak hafal, tapi sudah banyak pula petani Sumatra Selatan bertani di lahan gambut tipis, dan pemerintah provinsi nya juga membuat banyak program. Hanya penyiapan lahannya tanpa bakar jadi menggunakan pupuk cair, dengan menggunakan biological agent itu, untuk penyewaan lahan itu," ujar Nazier.

Namun demikian, Nazier menilai pemanfaatan lahan gambut untuk areal persawahan hanya bisa dilakukan di lahan gambut dengan jenis yang tipis. Menurutnya, untuk area gambut yang tebal dan jenis kubah tidak cocok untuk area persawahan.

"Tapi kalau gambutnya tipis hanya 50 cm, 75 cm, itu bisa untuk bersawah. Dan memang sudah dipraktekan oleh petani kita di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, memang bisa. Walaupun hasilnya tak sebaik di tanah vulkanik seperti di Jawa, atau di Sumatra Barat," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement