REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Manten Manten mencoba memperlihatkan kondisi perempuan yang kuat menghadapi segala masalah dan bangkit kembali. Cerita ini dikemas dengan balutan budaya paes atau rias pengantin yang berkembang di Solo.
"Ini persis dua tahun lalu ketika film Keluarga Cemara dikenalkan, saya kenalan sama cerita ini dan langsung suka banget," kata produser Anggia Kharisma.
Beberapa waktu kemudian, sutradara Farisha Latjuba mengunjungi Visinema membawa cerita tersebut. Anggia pun langsung menyetujui usai melihat tema cerita yang diangkat sangat unik. Cerita Mantan Manten memadukan kekuatan seorang wanita dengan campuran budaya Jawa yang diwakili dengan paes pengantin.
Film yang diperankan Atiqah Hasiholan dan Arifin Putra ini mengangkat kisah tentang seorang perempuan Yasnina yang mesti berhadapan dengan cobaan besar yang menjatuhkannya. Dalam kejatuhan itu dia terpaksa harus belajar paes dan justru membuatnya menemukan jawaban-jawaban dari masalah kehidupannya.
Cerita utama itu, menurut Anggia, memang memperlihatkan seorang perempuan yang berdaya pada titik terendahnya. Pada bagian lain, perempuan-perempuan dalam film ini pun saling membantu untuk mengurai permasalahan antar karakternya.
"Aku suka budaya Jawa yang bisa kawainkan seluruh cerita tanpa melupakan cerita tentang perias pengantin ini," kata Anggia.
Kori Adyaning yang juga sebagai produser mengatakan, cerita Mantan Manten memberikan rasa lega setelah ditonton. Sebab, yang disorot bukan hanya cerita cinta antara karakter laki-laki dan perempuan saja, namun bentuk cinta yang lebih luas lagi.
"Tentang cinta ke pekerjaan, cinta pada pasangan, dan yang lebih besar rasa cinta kepada diri sendiri. Ada kisah cinta lain yang jarang terlihat," ujar Kori.