Rabu 03 Apr 2019 22:03 WIB

Isra Miraj Dorong Umat Berpikir dengan Pijakan Spiritual

Problem kebangsaan membutuhan pendekatan fisik, materi, dan spiritual.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ratna Puspita
Ribuan hafiz mengulang hafalan Alquran untuk memperingati Isra Mi'raj, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (3/4).
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Ribuan hafiz mengulang hafalan Alquran untuk memperingati Isra Mi'raj, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Sulton Fathoni menuturkan, Isra Miraj sebagai sebuah perjalanan spritual Nabi Muhammad SAW, relevan dengan konteks kehidupan sosial dan kemanusiaan. Menurutnya, Isra Miraj mendorong manusia untuk selalu berpikir dengan pijakan spiritual.

Misalnya, dalam problem kebangsaan, baik pemilu ataupun yang lain seperti pendidikan, sosial dan sebagainya, tidak hanya memerlukan penanganan yang bersifat pendekatan fisik dan materi, melainkan juga mempertimbangkan aspek immaterinya atau spiritualitas.

Baca Juga

"KPU (Komisi Pemilihan Umum) tentu telah bekerja keras bersama-sama dengan aparat keamanan menjalankan fungsinya dengan baik, tapi tetap harus diikuti dengan sisi spiritualitas," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (3/4).

Sulton mengatakan, semua pihak yang terlibat dalam Pemilu, baik itu Pilpres ataupun Pileg, menonjolkan nilai-nilai kesantunan, kejujuran, kesungguhan, dan komitmen. Orang yang bisa melakukan itu adalah yang memiliki jiwa spiritualitas.

"Tanpa pendekatan ini, maka penyelenggaraan Pemilu berarti lebih mengejar capaian-capaian yang sifatnya materi, misalnya distribusi surat suara. Capaian yang sifatnya materi ini akan lebih sempurna jika juga diiringi dengan capaian-capaian yang sifatnya immateri," katanya.

Sulton juga mengajak kepada masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menyukseskan Pemilu 2019 ini. Penyelenggara Pemilu, yakni KPU dan Badan Pengawas Pemilu juga harus memberi pembelajaran kepada masyarakat bahwa Pemilu itu penting.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement