REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menyebut adanya indikasi soliditas koalisi partai pendukung pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sudah berada di ujung tanduk. Hal itu, menurutnya, terlihat dari pernyataan Demokrat yang tidak setuju soal pembagian kursi di kabinet jika memenangi Pilpres 2019.
"Tidak ada pesan politik di ruang hampa, pasti ada agenda politik Partai Demokrat di sana," kata Emrus Sihombing, Rabu (3/4).
Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) justru menyampaikan ketidaksetujuan partainya akan pembagian kursi menteri dua pekan jelang pemungutan suara. Hal itu disampaikannya menanggapi kegusaran Agus yang pada Selasa (2/4) lalu, saat berkampanye di Cirebon, Jawa Barat.
Emrus mengaku cukup kaget atas pernyataan politik Agus tersebut. Pasalnya, dia mengatakan, pernyataan itu keluar di detik-detik terakhir jelang pemungutan suara 17 April 2019.
Menurut Emrus, pesan Agus itu dimaknai publik, bisa dari sisi ideologisnya, tapi bisa pula dimaknai ketidaksetujuan Agus pada bagi-bagi kekuasaan itu. Dia melanjutkan, pernyataan itu bisa jadi menyampaikan ketidaksetujuan Demokrat karena pembagian kekuasaan itu tidak sesuai dengan kepentingan politik mereka.
"Ketidaksetujuan Agus itu diungkapnya ke ruang publik, artinya ada ketidaksinkronan di internal koalisi dalam hal pembagian kekuasaan tersebut," kata Emrus lagi.
AHY sebelumnya menyebut koalisi partai pendukung capres 02 tidak elok untuk meributkan pembagian kursi kabinet di saat pemilu belum digelar. Dia mengaku khawatir isu bagi-bagi kursi menteri berpotensi melukai hati rakyat.
Secara khusus, Emrus menyoroti penggunaan kalimat ‘melukai hati rakyat’ yang digunakan Agus. Ia menilai kalimat itu justru akan merugikan capres 02, sementara Partai Demokrat masih berada di koalisi partai pendukung capres 02. Sebaliknya, kalimat itu justru menguntungkan capres 01, Joko Widodo-Maruf Amin.
Emrus mengatakan, dari segi komunikasi politik, ini menunjukkan ada sesuatu di internal koalisi capres 02. Dia melanjutkan, artinya hal itu juga mengindikasikan adanya ketidaksolidan di internal koalisi partai pengusung.
Secara politik praktis, sambungnya, tidak tertutup kemungkinan Partai Demokrat mengubah haluan politiknya dengan pindah dukungan ke capres 01. Apalagi, dia melanjutkan, kader-kader Demokrat di daerah sudah secara terang-terangan ada yang menyatakan dukungan ke capres 01.
“Saya kira masih ada kesempatan bagi Agus Yudhoyono untuk secara eksplisit mendeklarasikan dukungan nyata kepada capres nomor 01. Lewat pesannya itu, Demokrat sudah mengarah ke nomor 01. Masih ada kesempatan di detik-detik terakhir," katanya.