Senin 15 Apr 2019 19:22 WIB

Menko Darmin: Perang Dagang UE-AS Berdampak ke Indonesia

Efek perang dagang Eropa-AS tak sesignifikan perang dagang AS-Cina.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Hamburg, Jerman. Amerika Serikat akan memberlakukan tarif terhadap sejumlah barang dari Uni Eropa.
Foto: AP Photo/Martin Meissner
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Hamburg, Jerman. Amerika Serikat akan memberlakukan tarif terhadap sejumlah barang dari Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, suasana perdagangan antara Uni Eropa (UE) dengan Amerika Serikat (AS) yang memanas pasti memberikan dampak terhadap Indonesia. Tapi, efeknya tidak akan sesignifikan dibanding dengan perang dagang AS dengan Cina beberapa waktu lalu. 

Darmin menjelaskan, Cina merupakan negara tujuan ekspor Indonesia yang terbesar. Bahkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke China selama periode Januari sampai Maret 2019 mencapai 236,0 juta dolar AS atau berkontribusi sekitar 14,12 persen terhadap keseluruhan ekspor Indonesia. "Kalau Uni Eropa mungkin nomor tiga atau empat," ujarnya ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (15/4).

Baca Juga

Selain itu, Darmin menambahkan, pengenaan tarif impor antara UE dan AS kemungkinan besar hanya dikenakan pada produk dirgantara dan produk aluminium hingga pesawat. Barang ini diketahui tidak diproduksi di Indonesia, sehingga tidak memberikan dampak. 

Kondisi ini berbeda ketika Cina dan AS mengalami perang dagang. Keduanya mengenakan tarif kepada banyak produk, termasuk bahan pangan yang dapat digantikan oleh Indonesia. Di sisi lain, Darmin menambahkan, ketika ekonomi kedua negara melambat, ekonomi Indonesia pasti langsung terdampak. 

Selain itu, Darmin menjelaskan, pengaruh yang dialami Indonesia kemungkinan berpengaruh pada tahap kedua. Yakni, ketika kedua belah pihak perang dagang hingga memberikan pengaruh terhadap ekonomi dan mulai menurunkan produksi. 

"Nanti juga akan kena ke negara lain, tapi melalui perdagangan," tuturnya. 

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, perang dagang UE dengan AS akan memberikan dampak cukup serius. Sebab, UE merupakan sebuah kawasan yang tidak hanya melibatkan satu negara, melainkan 19 negara. 

Dampak pertama yang akan dirasakan adalah pasokan bahan mentah yang biasa dikirim atau setengah jadi untuk barang modal dan bahan baku. Terlebih, UE juga sekarang sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi berlangsung sampai 2020. 

Selain itu, Bhima menambahkan, poin yang patut diwaspadai adalah impor. Barang UE yang biasa masuk ke AS seperti susu segar, daging sapi dan barang pertanian akan dilempar ke negara lain. "Tidak terkecuali ke Indonesia, sebab market kita terbilang menarik," tuturnya. 

Kondisi tersebut semakin diperkuat dengan rencana pakta perdagangan Indonesia-UE Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Artinya, dampak perang dagang berdampak pada melonjaknya nilai impor, terutama dari sisi impor. 

Di sisi lain, dari segi ekspor, pengiriman CPO akan semakin sulit untuk masuk ke UE. Yang cukup berisiko lain adalah produk pertanian, otomotif dan karet. Bhima menambahkan, sektor pertambangan seperti batubara, nikel dan timah juga. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement