REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mengecam pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo karena menyebutnya berkontribusi dalam hancurnya keuangan Venezuela. Beijing menilai komentar Pompeo adalah fitnah dan kebohongan.
“(Pernyataan) Menteri Luar Negeri AS (Mike) Pompeo tentang hubungan Cina-Amerika Latin adalah fitnah, menghasut dengan sengaja, tidak bertanggung jawab, dan tidak masuk akal. Kami sangat menentang hal ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lu Kang pada Senin (15/4).
Menurut Lu, justru AS yang selama ini kerap menekan dan mengancam negara-negara Amerika Latin. “Bahkan menggulingkan rezim politik negara lain,” katanya seraya menambahkan bahwa negara-negara di kawasan Amerika Latin akan segera mengerti siapa sebenarnya teman sejati mereka.
Pekan lalu, dalam kunjungannya selama tiga hari ke Cile, Paraguay, dan Peru, Pompeo menuding Cina berkontribusi dalam keruntuhan ekonomi Venezuela. Menurut Pompeo, hal itu dilakukan Cina dengan terus mendanai pemerintahan Presiden Nicolas Maduro ketika Venezuela mengalami krisis politik yang kian buruk.
Pompeo menyebut Cina munafik. Sebab, di satu sisi, ia menyerukan negara-negara agar tak mencampuri krisis Venezuela, tetapi di sisi lain Beijing melakukan intervensi keuangan.
Pompeo sendiri telah menyatakan bahwa AS akan terus menekan Maduro agar melepaskan jabatannya sebagai presiden. AS menyerukan negara-negara lain mencurahkan dukungannya kepada pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido.
Guaido diketahui telah mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara Venezuela pada Januari lalu. Hal itu dia lakukan setelah rakyat Venezuela menggelar demonstrasi dan menuntut Maduro mundur dari jabatannya.
Dukungan dunia internasional pun terpecah kepada dua tokoh tersebut. AS, Israel, Australia, dan mayoritas negara anggota Uni Eropa membela kepemimpinan Guaido di Venezuela. Sedangkan, Maduro memperoleh dukungan dari beberapa negara, antara lain Rusia, Cina, Turki, dan Kuba.
AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Caracas guna menekan pemerintahan Maduro. Sanksi AS menyebabkan Venezuela kehilangan pendapatannya, terutama dalam bidang penjualan minyak. Hal tersebut berdampak pula atas kian memburuknya situasi kemanusiaan di Venezuela.
Dalam menghadapi krisis kemanusiaan, Venezuela memperoleh bantuan dari sekutunya, terutama Rusia dan Kuba.