Rabu 17 Apr 2019 13:57 WIB

PBNU: Jangan Respons Hasil Quick Count Secara Berlebihan

PBNU mengingatkan, exil poll dan quick count bukan real count.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua bidang Hukum Robikin Emhas (kanan)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua bidang Hukum Robikin Emhas (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari pemungutan suara yang dinantikan kandidat capres-cawapres, tim kampanye, pendukung, simpatisan dan masyarakat lainnya telah tiba. Hari ini juga akan langsung dilakukan penghitungan suara di TPS.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan agar jangan merespons hasil quick count secara berlebihan. Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, KH Robikin Emhas mengatakan, rekapitulasi perolehan suara berjenjang membutuhkan waktu cukup lama.

Baca Juga

"Hasil akhir pemungutan suara baru akan diketahui secara final usai rekapitulasi perolehan suara pasangan capres-cawapres di tingkat nasional oleh KPU RI bulan Mei 2019," kata KH Robikin kepada Republika.co.id, Rabu (17/4).

Ia menyampaikan, perlu memaklumi rekapitulasi perolehan suara berjenjang karena KPU melakukan penghitungan suara manual. Bukan dengan penghitungan elektronik yang rentan dan berisiko dibajak.

Meski demikian, hari ini juga akan dijumpai berbagai lembaga survey merilis hasil exit poll dan quick count. PBNU mengingatkan, exil poll dan quick count bukan real count.

Secara akademis, hasil exit poll dan quick count merupakan cerminan hasil pemilu. Namun bukan merupakan hasil akhir pemilu yang secara legal dapat dijadikan dasar penetapan perolehan suara caprer-cawapres. "Hasil akhir perolehan suara pilpres adalah yang kelak ditetapkan dan diumumkan KPU Mei mendatang," ujarnya.

KH Robikin berharap masyarakat tidak merespons hasil pilpres yang dirilis oleh berbagai lembaga survey secara berlebihan. Cukup sambut rilis hasil exit poll, quick count bahkan real count yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey secara lumrah layaknya masyarakat terdidik meresponsnya. Yakni merespons dengan mengedepankan budaya saling menghargai dan menghormati yang cukup tinggi.

Ia percaya Bangsa Indonesia sudah maju dalam berdemokrasi. Sehingga tidak akan ada yang mempertaruhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa hanya karena merespons hasil pemilu yang dirilis lembaga survey secara emosional dan tidak berbudaya. Masyarakat Indonesia sudah cerdas. Pemilu akan berlangsung damai.

"Betapa pun kita yakin, siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dalam pilpres adalah pilihan terbaik rakyat yang sekaligus harus kita yakini sebagai yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia," jelasnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement