Kamis 18 Apr 2019 02:30 WIB

Demokrat Minta Tahan Diri dari Kesimpangsiuran Hitung Cepat

Kesimpangsiuran berpotensi menciptakan hoaks atau berita tak faktual.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (tengah).
Foto: Antara/Moch Asim
Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPP Partai Demokrat meminta semua pihak menahan diri dari kesimpangsiuran hasil hitung cepat berbagai lembaga survei untuk Pemilu 2019. Tujuannya untuk menghindarkan semua pihak dari keputusan yang tak patut.

"Saya menyerukan atas nama Partai Demokrat pada seluruh kader dan masyarakat Indonesia, agar kita semua dapat terus tahan diri, dari hal-hal yang tidak patut untuk kita lakukan," kata Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konferensi pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (17/4) malam.

Baca Juga

Agus menilai kesimpangsiuran hasil perhitungan belum bisa dijadikan kesimpulan oleh salah satu pasangan calon (paslon). Kesimpangsiuran berpotensi menciptakan hoaks atau berita tak faktual, termasuk provokasi yang membentur-benturkan kubu yang berhadapan dalam Pemilu 2019.

Agus mengajak elit dan pimpinan partai politik (parpol) dapat menjadi model dan contoh baik bagi masyarakat dalam menyikapi hasil Pemilu 2019. Selain itu, Indonesia juga bisa menunjukkan ke dunia, demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik. Bahkan, pemilu semakin mematangkan dan mengembangkan Indonesia.

Agus juga mengingatkan agar masyarakat Indonesia, terhindar dari polarisasi akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik. Dia mewanti-wanti jangan sampai masyarakat Indonesia yang heterogen semakin dipisah dan dibelah karena pemilu 2019.

"Kami serukan ke kita semua, setelah pemilu, pascapemungutan suara ini, mari kembali duduk bersama sebagai bangsa. Kembali rukun, dan membangun suasana yang harmonis" ujar dia.

Agus berharap siapa saja yang memimpin Indonesia benar-benar menjadi pemimpin dan wakil rakyat untuk semua. "Kita semua para pemimpin, para tokoh politik para wakil rakyat harus berdiri di atas semua golongan, di atas semua identitas. Kita harus memperjuangkan seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang dari mana dia berasal," kata Agus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement