REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo, mengungkapkan beberapa alasan yang menyebabkan beberapa anggotanya gugur ketika mengamankan Pilpres 2019. Meski ada tes kesehatan, di antara mereka ada yang kelelahan karena menempuh perjalanan kaki yang cukup jauh.
“Ya memang kondisi tiap-tiap orang berbeda. Kemudian kondisi masalah geografis TPS tersebut berbeda-beda, ada yang sangat jauh, sulit. Makanya sebagian besar yang meninggal di luar Pulau Jawa,” ucap Dedi di Jakarta, Senin (22/4).
Untuk di luar Pulau Jawa, kondisi geografisnya ini cukup jauh, dan menyulitkan yang berujung pada anggota yang kehabisan tenaga. Sementara anggota Polri yang gugur di Pulau Jawa, beberapa disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dari Polsek menuju TPS, kemudian dari TPS menujuk ke PPK.
Sebenarnya sebelum melaksanakan tugas, kata dia, Polri juga telah melakukan tes kesehatan kepada para anggota yang mengawal pilpres. Saat pengecekan kesehatan, kondisi anggota dalam keadaan prima, hanya saja pada saat dijalankan rupanya ada beberapa anggota yang kondisi kesehatannya tidak terlalu fit, dan memang tuntutan tugas yang cukup banyak.
“Dari mulai distribusi logistik, pengamanan pemilu, kemudian penghitungan surat suara, pengawalan surat suara menuju ke PTK sampai dengan tingkat kabupaten,” kata Dedi.
Dia mengatakan seluruh anggota yang gugur di Kalimantan Selatan dapat kenaikan pangkat dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan tentu dengan hak-haknya serta mendapat santunan. Kemudian mendapat perpanjangan gaji, semuanya diberikan oleh Polri.
Sebanyak 15 personel Polri dinyatakan gugur selama penyelenggaraan Pemilu 2019. Para anggota kepolisian tersebut, meninggal dunia saat menjalankan tugas memastikan pesta demokrasi berjalan aman dan tertib.
Mabes Polri memastikan kenaikan pangkat bagi para anggotanya yang meninggal dunia saat bertugas tersebut.