Selasa 23 Apr 2019 17:37 WIB

Muhammadiyah: Tidak Perlu Mobilisasi Massa Sikapi Pemilu

Kasihan rakyat yang setahun ini sudah mengerahkan pikiran dan tenaganya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengimbau tidak perlu memobilisasi massa menyikapi hasil pemilu ketika diumumkan KPU 22 Mei 2019. Ia meminta elite politik mengasihani rakyat yang setahun ini sudah mengerahkan pikiran dan tenaganya untuk Pemilu 2019.

"Insya Allah semua berjalan baik," ujarnya ditemui usai peletakan batu pertama pembangunan gedung 31 lantai Universitas Muhammadiyah Surabaya, Selasa (23/4).

Baca Juga

Ia juga mengimbau elite politik yang ikut dalam pemilu menyelesaikan persoalan melalui proses hukum yang ada, dan tidak perlu mengerahkan massa. "Amien (Rais) dan para reformis, ketika amandemen UUD 1945, mereka pelopor Indonesia menjadi negara hukum. Oleh karena itu, saya percaya semua elite bangsa dan negara muaranya menyelesaikan masalah pada proses hukum," ucapnya.

Menurut dia, kemajuan bangsa Indonesia jauh di atas kepentingan apapun. Karena itu, ia berharap, elite politik dapat mengajak masyarakat dengan menebar pesan bahwa setelah pemungutan suara kembali bekerja, produktif, bersatu dan menatap masa depan untuk Indonesia lebih baik lagi.

Organisasinya, kata dia, sudah mengirimkan edaran untuk warga Muhammadiyah agar menjadi warga negara berteladan baik bagi masyarakat sekitar. "Pemilu sudah selesai, mari berjabat tangan kembali, lalu kita terima hasilnya dengan jiwa besar," katanya.

Bagi yang menang dalam kontestasi pemilu, Haedar meminta untuk tetap rendah hati dan menunaikan amanah dengan baik. Bagi yang belum memperoleh mandat, ia mengatakan, harus berjiwa besar dan bekerja untuk bangsa.

photo
Wakil Presiden Jusuf Kalla (tengah) bersama dengan tokoh ormas Islam memberikan keterangan kepada wartawan usai menggelar pertemuan di Rumah Dinas Wapres, Jakarta, Senin (22/4/2019). (ANTARA FOTO)

Sementara itu, Haedar juga menyampaikan bahwa pada Senin (22/4) malam, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundang tokoh organisasi masyarakat untuk mengawal pemilu hingga pengumuman 22 Mei. Selain itu, ia menambahkan, memercayakan KPU, Bawaslu, MK menjalankan tugasnya dengan jujur, adil, transparan dan akuntabel. Hal lain yang disampaikan Wapres JK, lanjut dia, yakni sengketa pemilu harus diselesaikan lewat proses yang sudah ditetapkan di konstitusi.

"Ketiga agar masyarakat untuk bersatu kembali di tengah perbedaan di masa pemilu. Ada perbedaan soal angka dan sebagainya, kami percaya KPU, Bawaslu dan konstitusi akan menjadi satu-satunya tempat untuk menyelesaikan persengketaan," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement