REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan korban bencana di Indonesia pada 2018 menempati peringkat pertama di dunia. Sedangkan selama 19 tahun terakhir, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah korban bencana terbanyak setelah Haiti.
"19 tahun terakhir, (Indonesia) peringkat dua terbanyak korban bencana. Tahun lalu, korban jiwa di Indonesia 4000 lebih jiwa dan menduduki peringkat pertama korban bencana di dunia," ujar Kepala BNPB, Doni Monardo saat Hari Kesiapsiagaan Bencana di Sesko AU Lembang, Jumat (26/4).
Ia mengungkapkan, Indonesia memiliki 11 potensi ancaman bencana seperti diantaranya gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, banjir dan longsor. Oleh karena itu, pihaknya mengajak semua kalangan masyarakat memahami potensi ancaman dan menyiapkan strategi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB), Doni Monardo dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menghadiri Hari Kesiapsiagaan Bencana di Sesko AU, Lembang, Jumat (26/4). (M Fauzi Ridwan / Republika)
"Setiap daerah memiliki karakteristik dan ancaman berbeda," katanya.
Sehingga pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini harus dilakukan. Termasuk dua tahun ke depan sistem peringatan dini bisa terintegritasi.
"Gubernur dan Wali Kota bisa mengalokasikan dana APBD untuk pra bencana. Kalau bisa berjalan baik bisa mengurangi resiko dan korban jiwa," ungkapnya.
Dirinya menambahkan, pada 2018 lalu kerugian yang dialami akibat bencana mencapai Rp 100 triliun. Ia mengatakan sinergitas antar kelima unsur diantaranya akademisi, dunia usaha, komunitas dan pemerintah harus dilakukan dalam penanganan bencana.
Ia pun mengatakan, perempuan banyak menjadi korban bencana karena pengetahuannya terhadap bencana kurang dan punya jiwa ingin melindungi keluarganya. Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar perempuan bisa memahami kebencanaan.