REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU— Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu memperbarui data korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang melanda Bengkulu tiga hari lalu menjadi 29 orang dan 13 orang lainnya dilaporkan masih hilang.
Kepala BPBD Provinsi Bengkulu memperbarui data korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor yang melanda Bengkulu tiga hari lalu menjadi 29 orang dan 13 orang lainnya dilaporkan masih hilang.
“Data terbaru jumlah korban jiwa sudah mencapai 29 orang dengan jumlah korban terbanyak di Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 22 orang,” kata Kepala BPBD Provinsi Bengkulu, Rusdi Bakar, di Bengkulu, Senin (29/4).
Menurut dia, data tersebut diperbarui tim hingga pukul Senin pukul 07.00 WIB di mana pencarian korban lainnya hingga saat ini masih berlangsung.
Rusdi mengatakan, korban terbanyak berada di Kabupaten Bengkulu Tengah yang meninggal akibat tanah longsor yang terjadi di kaki Gunung Bungkuk Kabupaten Bengkulu Tengah.
Sementara korban meninggal lainnya terdapat di Kabupaten Kepahiang sebanyak tiga orang, Kabupaten Lebong satu orang dan Kota Bengkulu tiga orang.
Selain itu ada 13 orang yang hingga saat ini belum ditemukan yaitu satu di Kabupaten Kaur, dua di Kota Bengkulu, dan 10 di Kabupaten Bengkulu Tengah.
“Pencarian korban hilang ini terus dilakukan tim pencari dan penyelamat yang bergotong-royong dengan warga setempat,” kata dia.
Khusus di Bengkulu Tengah, kata Rusdi, dua Kecamatan masih terisolasi yaitu Kecamatan Merigi Sakti dan Kecamatan Pagar Jati karena akses jalan tertutup material longsor.
Dampak banjir dan longsor di Bengkulu membuat 13 ribu jiwa terdampak dan 12 ribu jiwa di antaranya harus mengungsi.
Sebelumnya, aktivis lingkungan setempat juga menyoroti penyebab banjir dan longsor di wilayah ini yang disebabkan penggundulan hutan untuk aktivitas tambang batu bara dan perkebunan sawit dalam areal daerah aliran sungai (DAS) Bengkulu yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Tengah.
“Tidak mengherankan kalau korban terbanyak ada di Bengkulu Tengah karena wilayah tangkapan air di kawasan penyangga Hutan Lindung Bukit Daun tidak lagi berfungsi secara ekologis sehingga air permukaan tidak ada yang menahan,” kata Direktur Kanopi Bengkulu, Ali Akbar.
Berdasarkan data yang ada, kata dia, dalam radius DAS Bengkulu seluas 57 ribu hektare, terdapat delapan izin tambang yang diberikan pemerintah dengan luas 19 ribu hektare yakni untuk PT Bengkulu Bio Energi, PT Kusuma Raya Utama, PT Bara Mega Quantum, PT Inti Bara Perdana, PT Danau Mas Hitam, dan PT Ratu Samban Mining.
Ada pula PT Griya Pat Petulai, PT Cipta Buana Seraya dengan luas total 19 ribu hektare. Ditambah satu perusahaan perkebunan sawit milik PT Agriandalas yang juga berada di daerah tangkapan air Sungai Bengkulu.*