REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan awal Mei 2019 merupakan saat yang tepat memanen air hujan, tetapi tetap harus mewaspadai curah hujan tinggi. "Waspadai curah hujan tinggi selama 10 hari ke depan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian tengah, timur, dan utara," kata Handoko dalam jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Selasa (30/4).
Handoko mengatakan wilayah Indonesia yang kemungkinan memiliki curah hujan tinggi adalah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Pada saat itulah kesempatan untuk memanen air hujan. Karena itu, embung dan waduk yang dimanfaatkan untuk irigasi dan pembangkit listrik perlu dipenuhi dengan air hujan.
"Tahan air hujan dan masukkan ke dalam tanah. Jangan dibiarkan mengalir begitu saja," ujarnya.
Mewaspadai curah hujan tinggi dan memanen air merupakan salah satu upaya mengantisipasi kekeringan yang mungkin terjadi selanjutnya. Kekeringan perlu diantisipasi dengan menghemat air bersih dan memperhatikan pola tanam di lahan pertanian.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan yang mungkin terjadi saat musim kering, perlu dilakukan pemantauan terhadap hutan dan lahan gambut dengan mengoperasikan sekat kanal. "Yang tidak kalah penting, basahi lahan gambut. Pembasahan lahan gambut perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadi kebakaran hutan dan lahan," ujarnya.
Menurut perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pada Mei hingga Juli akan terjadi el nino moderat di Indonesia. Pada awal Mei, curah hujan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan cenderung rendah, sementara di Sumatera, Kalimantan dan wilayah Indonesia timur curah hujan masih cukup tinggi.
Pertengahan hingga akhir Mei, diperkirakan curah hujan di seluruh wilayah Indonesia akan mulai berkurang. Awal Juni seluruh wilayah Indonesia diperkirakan mulai mengalami musim kering.