Kamis 02 May 2019 13:20 WIB

Ajax yang tak Terhentikan

Ajax terbukti menjadi pembunuh raksasa di Liga Champions musim ini.

Pemain Ajax Donny van de Beek merayakan gol kemenangan pada leg pertama babak semifinal Liga Champions 2018-2019 yang berlangsung di Stadion Tottenham Hotspur, London, Rabu (1/5) dini hari.
Foto: AP Photo/Kirsty Wigglesworth
Pemain Ajax Donny van de Beek merayakan gol kemenangan pada leg pertama babak semifinal Liga Champions 2018-2019 yang berlangsung di Stadion Tottenham Hotspur, London, Rabu (1/5) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- The unstoppable. Sebuah kata yang pantas untuk menggambarkan sepak terjang Ajax Amsterdam di Liga Champions musim 2018/2019 ini. Klub asal Negeri Kincir Angin itu memperlihatkan tajinya sebagai kuda hitam yang menakutkan di level Benua Biru.

Langkah legiun muda Ajax makin tak terbendung setelah mereka mengalahkan lawannya, Tottenham Hotspur, pada leg pertama semifinal Liga Champions di Stadion Tottenham Hotspur, Rabu (1/5) dini hari WIB. Ajax sukses menekuk tuan rumah dengan skor 1-0 lewat gol Donny Van de Beek pada menit ke-15.

Hampir sepanjang 45 menit babak pertama tim tamu menguasai jalannya pertandingan. Meski tampil di hadapan pendukung Spurs, Ajax tidak merasa canggung. Bahkan, Ajax mampu membuka skor awal melalui pemain tengah.

Berawal dari sebuah serangan yang sangat taktis dilakukan oleh empat pemain, Ajax mampu mengecoh konsentrasi lini belakang Spurs. Bola yang berada di sektor sayap lalu diarahkan ke tengah. Pemain ketiga yang menerima bola adalah Hakim Ziyech yang mengoper bola ke Van de Beek yang lolos dari jebakan offside. Mendapat bola, Van de Beek langsung menembak bola ke gawang Hugo Lloris.

Julukan the giant killeralias si pembunuh raksasa lagi-lagi pan tas disematkan kepada kesebelasan asal ibu kota Belanda. Sebelumnya, Ajax sukses menyingkirkan Real Madrid di fase 16 besar dan Juventus di perempat final Liga Champions.

Meski Ajax terbilang merupakan tim tradisi, merujuk pada titel empat trofi Liga Champions, tetap saja performa impresif mereka hadir berkat pemain-pemain muda yang meruntuhkan dominasi para pemain senior atau tim yang bermaterikan pemain matang. Ajax mampu menunjukkan permainan taktis dan semangat yang tak pernah takut oleh siapa pun lawan yang mereka hadapi.

Catatan impresif lainnya, Ajax jadi tim ketiga yang menang di laga tandang di babak 16 besar, perempat final, dan semifinal dalam satu musim Liga Champions. Pemilik catatan ini sebelumnya adalah Bayern Muenchen pada 2012/2013 dan Real Madrid 2017/2018.

Pelatih Ajax, Erik Ten Hag, merasa puas dengan hasil yang dicapai anak asuhnya pada leg pertama. Namun, ia meminta timnya untuk tak cepat berpuas diri dan selalu fokus di setiap pertandingan.

"Kami tampil baik ketika menyerang dan bertahan. Kami bisa bermain sepak bola dengan gaya yang berbeda. Jadi, saya me rasa puas karena ini hasil yang sangat baik. Namun, kami masih setengah jalan," ujar Ten Hag selepas laga dikutip BBC Sports, Rabu (1/5).

Allenatore berusia 49 tahun itu meminta pasukannya tidak cepat puas dan selalu fokus dengan apa yang mereka ingin kan. Terlebih, the Lillywhites memiliki peluang membalikkan keadaan ketika berkunjung ke markas mereka.

photo
Pelatih Ajax Amsterdam Erik ten Hag

Sementara, pelatih Spurs Mauricio Pochettino enggan menyerah. Juru taktik asal Argentina itu melihat timnya masih memiliki peluang membalikkan keadaan. Terlebih, pemain andalan mereka, Heung-min Son, sudah dapat memperkuat Si London Putih pada legkedua di Stadion Johan Cruijff pada 9 Mei mendatang.

"Kami masih hidup. Ini hanya tertinggal satu gol. Kami perlu percaya kami bisa pergi ke markas Ajax dan memenangkan pertandingan," kata Pochettino.

Pochettino pun menilai timnya kalah energi yang membuat permainan menjadi sulit. "Setelah kami kebobolan gol, 25 hingga 30 menit kami baru mulai bermain. Moussa Sissoko memberikan energi yang baik. Babak kedua kami mendorong mereka dan mencoba menciptakan peluang," ujar pelatih asal Argentina ini.

Di sisi lain, menyoal usaha Spurs pada legpertama memang kurang bertenaga. Statistik laga memperlihatkan Christian Eriksen cs hanya sekali melakukan tendangan ke gawang Ajax. Inilah catatan tendangan gawang terendah yang mereka buat di Liga Champions musim ini.

Maka, secara matematis pada leg kedua Spurs harus menang dengan selisih dua gol untuk lolos ke final. Meski demikian, jika merujuk pada statistik yang bertahan hingga 23 tahun lamanya, peluang the Lillywhites tidaklah besar.

Rival sekota Arsenal itu terakhir kali bisa lolos ke final setelah tumbang pada leg pertama semifinal terjadi pada 1995/1996 silam. Uniknya, kekalahan itu juga diterima dari Ajax. (Anggoro Pramudya ed:citra listya rini)

Fakta Angka

1 Hanya satu tim yang kalah pada legpertama semifinal Liga Champions dapat melaju ke partai final.

Itu dilakukan oleh Ajax pada 1996.

3 Tim asal Inggris hanya kalah tiga dari 30 partai kandang terakhir melawan kesebelasan asal Belanda

di kompetisi Eropa, dengan Spurs mencatat dua kekalahan versus PSV Eindhoven pada Maret 2008 dan

Ajax.

6 Nicolas Tagliafico telah mendapat kartu kuning dua kali lebih banyak dibandingkan pemain lain di

Liga Champions musim ini (enam). Hanya Alessio Tacchinardi yang mendapat sembilan kartu kuning

ketika bermain dengan Juventus di Liga Champions pada 2002/2003.

9 Ajax selalu mencetak gol dalam sembilan laga tandang terakhir di Liga Champions setelah gagal

memenangkan salah satu dari 12 pertandingan sebelumnya.

20 Spurs selalu mencetak gol dalam 10 partai sebelumnya di Liga Champions dan Ajax tim pertama yang

menghentikan Spurs mencetak gol.

32 Dusan Tadic dari Ajax telah menciptakan 32 peluang di Liga Champions musim ini, terbanyak dari

pemain manapun.

161 Ajax telah mencetak 161 gol musim ini, 63 gol lebih banyak dari Spurs (98).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement