REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pesawat tempur dan kapal perang Israel terus menargetkan Jalur Gaza pada Ahad (5/5). Merespons serangan tersebut, roket juga ditembakkan dari Gaza ke Israel selatan.
Wartawan Aljazirah, Harry Fawcett melaporkan serangan ini berpotensi eskalasi militer besar yang berbahaya dan dalam waktu panjang. "Media Israel mengutip sumber-sumber pertahanan senior yang mengatakan mereka memperkirakan pertempuran ini akan berlangsung beberapa hari," lanjut Fawcett.
Gejolak terjadi sehari setelah setidaknya enam warga Palestina, termasuk seorang ibu hamil dan bayinya yang berusia satu tahun meninggal dalam serangan. Di sisi lain, satu warga Israel tewas dalam serangan roket.
Media Israel melaporkan para pejuang Gaza selama dua hari terakhir menembakkan lebih dari 400 roket ke kota-kota di Israel selatan. Namun sistem anti-rudal Iron Dome Israel telah mencegat lebih dari 250 di antaranya.
Kantor media pemerintah di Gaza menyatakan pesawat tempur Israel melakukan sekitar 150 serangan. Di samping penembakan artileri yang menargetkan 200 landmark sipil di Jalur Gaza, mereka menyasar bangunan tempat tinggal, masjid, toko dan lembaga media.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 40 warga Palestina terluka dalam serangan itu. Salah satu bangunan yang hancur menampung biro kantor berita Anadolu yang dikelola pemerintah Turki.
"Kami menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak cepat guna meredakan ketegangan yang meningkat karena tindakan Israel yang tidak proporsional di kawasan itu," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
Pada Ahad, tentara Israel membantah bahwa, ibu hamil berusia 37 tahun, Falastine Abu Arar, dan bayi perempuannya Siba, dibunuh oleh pasukan Israel. Selain itu, dua pria, Imad Nseir (22), dan Khaled Abu Qaleeq (25), juga tewas oleh serangan udara Israel pada Sabtu malam.
Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov meminta semua pihak untuk segera mengurangi gejolak yang ada, dan kembali pada pemahaman beberapa bulan terakhir. "Saya sangat prihatin dengan eskalasi berbahaya lainnya di Gaza, dan hilangnya nyawa," kata Mladenov.
Gejolak terbaru terjadi setelah empat warga Palestina lainnya tewas dalam dua insiden terpisah pada Jumat. Dua dari mereka ditembak mati selama unjuk rasa Great March of Return di dekat pagar Israel di timur Gaza.
Sementara serangan udara yang menargetkan pos terdepan Hamas menewaskan dua anggota sayap bersenjata gerakan itu. Militer Israel mengatakan serangan udara itu sebagai tanggapan atas penembakan yang melukai dua tentaranya di dekat pagar.