REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) optimistis tradisi perayaan Seba Badui menjadikan destinasi wisata mendunia. Perayaan Seba Badui dinilai memiliki nilai budaya kearifan lokal yang unik.
Sekretaris Deputi Pengembangan Pariwisata Nusantara Kemenpar Mumus Muslim di Lebak, Senin (6/5), mengatakan, selama ini, wisata Seba Badui termasuk destinasi wisata yang menarik dan unik di Tanah Air. Tradisi Seba itu di antara komunitas masyarakat Badui Dalam tersebar di Cikawartana, Cibeo dan Cikeusik berjalan kaki hingga ratusan kilometer.
Kemenpar telah menetapkan Seba Badui masuk 100 destinasi wisata kalender nasional. Karena itu, pihaknya yakin ke depan Seba Badui menjadikan wisata mendunia, sehingga dapat mendongkrak kunjungan wisata asing ke Indonesia.
Ia mengatakan perayaan Seba Badui sudah digelar di Pendopo Pemkab Lebak, Sabtu (4/5) dan Pemprov Banten, Ahad (5/5) dan dihadiri ribuan warga Badui. Warga Badui turun gunung untuk merayakan tradisi Seba karena kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai titipan leluhur.
Sejumlah warga Baduy Dalam berjalan kaki di Leuwidamar menuju kota Rangkasbitung untuk mengikuti tradisi Seba Baduy di Lebak, Banten, Sabtu (4/5/2019).
Budaya Seba itu untuk menjalin hubungan silatuhrahmi yang baik antara masyarakat Badui dengan pemerintah. Pada Perayaan Seba itu, masyarakat Badui menyerahkan hasil bumi, seperti pisang, beras, gula aren, talas dan palawija kepada pemerintah daerah sebagai rasa syukur atas limpahan Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Kami menilai Seba Badui menjadikan aset budaya Tanah Air yang perlu dilestarikan," katanya.
Menurut dia, Kemenpera mendorong Bupati Lebak agar mengembangkan dan melestarikan Seba Badui sebagai agenda destinasi wisata tahunan yang bisa mendatangkan wisatawan dunia. Sebab, destinasi wisata tersebut dapat mendatangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat juga daerah.
Apalagi, kerajinan masyarakat Badui di antaranya kain tenun, tas koja dan aneka sovenir sudah menembus pasar. "Kami yakin Seba Badui dapat mendongkrak kunjungan wisata dunia, bahkan di antaranya terdapat jurnalis Perancis, Italia, Belanda dan Turki," ujarnya.
Sementara itu, Sarim (12) seorang anak menempuh perjalanan kurang lebih sepanjang 180 kilometer dengan berjalan kaki tanpa alas sandal maupun sepatu. Meskipun perjalanan cukup melelahkan, dirinya merasa senang karena bisa mengikuti tradisi perayaan Seba. Sarim anak Badui Dalam warga Cibeo,Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.