Rabu 08 May 2019 04:03 WIB

Ramadhan Penuh Duka di Gaza

Jalur Gaza dua hari dibombardir tanpa henti oleh pesawat-pesawat tempur Israel

Red: Elba Damhuri
Asap tebal terlihat di Gaza, Palestina, Ahad (5/5), setelah dihantan roket Israel.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Asap tebal terlihat di Gaza, Palestina, Ahad (5/5), setelah dihantan roket Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dea Alfi Soraya, Kamran Dikarma

Setelah dua hari dibombardir tanpa henti oleh pesawat-pesawat tempur Israel hingga Senin (6/5), seluruh Muslim Gaza memulai puasa Ramadhan. Hari pertama Ramadhan di Gaza jauh berbeda dengan Indonesia atau negara mayoritas Muslim lain yang diawali dengan sukaria. Di Gaza yang terlihat hanya ada kesuraman, rumah-rumah runtuh, dan jasad yang berceceran.

Di sebuah rumah sakit terbesar di Gaza, Shifa, dikabarkan setidaknya ada 21 warga Palestina yang meninggal sebelum sempat bertemu Ramadhan karim. Keluarga yang selamat berbondong-bondong datang untuk memakamkan saudara mereka dan mengantarnya dengan doa.

Sementara itu, para petugas sedang berusaha menyambungkan kembali tali-tali kehidupan di Palestina. Saluran telepon hancur akibat bom, sementara menara-menara runtuh dan menyisakan puing yang berserakan di tanah.

Di sisi lain, militer Israel mengklaim bahwa tank dan pesawat tempur mereka telah berhasil menjatuhkan setidaknya 350 target Hamas dan Jihad Islam di Gaza, termasuk terowongan lintas perbatasan, kamp pelatihan militan, dan tempat-tempat yang digunakan untuk menyimpan senjata.

Seorang juru bicara militer Israel juga mengatakan bahwa kelompok-kelompok militan Palestina Hamas dan Jihad Islam telah menembakkan sekitar 690 roket ke Israel dan menewaskan empat warga sipil Israel.

Di lingkungan Syekh Zayed di Gaza utara, setidaknya enam orang meninggal akibat serangan udara yang ditembakkan Israel. Empat apartemen hancur berkeping-keping dan setidaknya 600 unit rumah rusak parah.

"Saya belum pernah melihat gambar yang mengerikan dalam hidup saya daripada yang saya lihat kemarin. Saya melihat tubuh yang terpotong-potong, tubuh yang terbakar," kata Ziyad Hammash (60 tahun) yang tinggal dalam gedung di seberang jalan.

Sumayya Usruf mengatakan, suami, sepupu, dan bayinya yang baru berusia empat tahun meninggal dunia akibat runtuhan apartemen. "Ini Ramadhan yang sangat sulit. Kami tidak akan dapat menikmatinya dengan meriah," kata dia.

Saat Usruf berbicara, lusinan lelaki mondar-mandir membawa tubuh ke dalam ambulans yang berisi peti mati berisi daging dan bagian tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement