Oleh Fauziah Mursid dari Jenewa, Swiss
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA--Wakil Presiden Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) dan International Committe of The Red Cross (ICRC) atau Komite Internasional Palang Merah di Jenewa, Swiss, Kamis (16/5).
Pertemuan dengan dua organisasi kemanusiaan itu dalam rangka menjajaki kerja sama untuk memperkuat diplomasi kemanusiaan dengan Indonesia. Hal itu disampaikan JK, usai bertemu dengan Sekjen IFRC Elhadj As Sy di Kantor IFRC.
"Indonesia ingin mengeksplorasi kemungkinan kerja sama antara IFRC dan Palang Merah Indonesia (PMI), untuk memperkuat diplomasi kemanusiaan Indonesia,” kata JK.
Menurut JK, salah satu upaya memperluas peran diplomasi kemanusiaan, yakni dengan memperkuat kapasitas aktor-aktor kemanusiaan nasional seperti PMI. Karena itulah Indonesia ingin mengeksplorasi kemungkinan kolaborasi dengan IFRC dalam respon kemanusiaan internasional.
JK meyakini kolaborasi dan koordinasi antara IFRC dan Indonesia, khususnya PMI telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam membantu banyak korban yang terkena dampak bencana.
“Saya sangat senang mengetahui bahwa koordinasi antara PMI dan IFRC telah tumbuh lebih kuat selama beberapa tahun ini,” kata JK.
JK pun menyambut baik kerjasama IFRC dengan Indonesia saat ini yang telah dituangkan dalam bentuk kesepakatan. Dalam pertemuannya, JK memaparkan peran Indonesia pada The 33rd International Red Cross and Red Crescent Movement. JK yang juga Ketua Umum PMI itu juga menginformasikan diplomasi kemanusiaan Indonesia, termasuk melalui bantuan dan respon kemanusiaan telah diterima secara positif oleh masyarakat internasional.
“Hal ini meningkatkan harapan dari komunitas internasional pada Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam diplomasi kemanusiaan,” katanya.
Selain itu, JK juga mengungkap keinginan melibatkan IFRC dalam membantu Indonesia meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Khususnya, dalam menginvestasikan sumber daya kesiapsiagaan bencana untuk mengurangi korban di daerah-daerah rawan bencana.
Ia mencontohkan, kasus bencana di Palu dan Lombok dapat menjadi contoh perlunya penguatan kapasitas masyarakat daerah. Ia pun berharap IFRC dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk membangun model tentang penguatan kapasitas lokal pada saat terjadi bencana.
“Indonesia juga melihat adanya kebutuhan kerjasama untuk mengumpulkan lebih banyak pakar untuk menangani masalah kemanusiaan dan mitigasi risiko di tingkat nasional, regional, dan global,” katanya.