Selasa 21 May 2019 14:03 WIB

Sanksi AS tak Goyahkan Bisnis Huawei

Huawei meyakini ancaman AS tidak pengaruhi pengembangan jaringan 5G.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Huawei
Foto: EPA
Huawei

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pendiri Huawei, Ren Zhangfei mengatakan kepada media pemerintah Cina bahwa Amerika Serikat (AS) telah meremehkan Huawei sebagai produsen peralatan telekomunikasi terbesar dan produsen ponsel pintar terbesar kedua di dunia. Hal itu menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam karena dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS. 

"Praktik politisi AS saat ini meremehkan kekuatan kita," kata Ren dalam wawancara dengan media pemerintah, CCTV, dilansir Aljazirah, Selasa (21/5). 

Baca Juga

Pekan lalu, Trump menyatakan darurat nasional dan memasukkan perusahaan telekomunikasi tersebut ke dalam daftar hitam. Pada saat yang sama, Departemen Perdagangan AS mengumumkan larangan efektif terhadap perusahaan AS yang menjual atau mentransfer teknologi ke Huawei. Ren mengatakan, ancaman tersebut tidak berpengaruh terhadap pengembangan jaringan 5G Huawei.

"5G Huawei sama sekali tidak akan terpengaruh. Dalam hal teknologi 5G, orang lain tidak akan dapat mengejar ketinggalan dengan Huawei dalam dua atau tiga tahun," kata Ren.  

Raksasa teknologi, Google telah memutus hubungan dengan Huawei sehubungan dengan daftar hitam yang dirilis pemerintah AS. Hal itu bisa berimplikasi bagi orang-orang yang menggunakan ponsel Huawei, karena mereka tidak memiliki akses ke layanan eksklusif Google termasuk Gmail dan Google Maps. Ren mengatakan, Huawei saat ini sedang berdiskusi dengan Google untuk menangani hal tersebut. 

Pada Senin, Departemen Perdagangan AS mengeluarkan penangguhan hukuman 90 hari atas transfer teknologi, dan memberi Huawei lisensi sementara untuk membeli barang-barang buatan AS. Hal itu untuk mempertahankan jaringan dan menyediakan pembaruan perangkat lunak untuk telepon yang tersedia. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan, penangguhan hukuman itu dimaksudkan untuk memberi operator telekomunikasi yang bergantung pada waktu peralatan Huawei untuk membuat pengaturan alternatif. 

"Singkatnya, lisensi ini akan memungkinkan operasi untuk terus berlanjut untuk pengguna telepon seluler Huawei yang ada dan jaringan broadband pedesaan," kata Ross. 

Ren mengaku, lisensi sementara AS tersebt tidak akan berdampak pada bisnis Huawei. Setengah dari chip yang digunakan dalam peralatan Huawei berasal dari AS dan setengah lainnya dibuat oleh perusahaan Cina. Ren menegaskan, ancaman AS tidak akan membuat Huawei terisolasi dari dunia.

Perselisihan tentang Huawei telah menambah ketegangan dalam perang dagang antara AS dan Cina. Penasihat ekonomi dan pembangunan pemerintah Cina, Einar Tangen mengatakan, AS berusaha melumpuhkan Huawei yang dinilai sebagai kompetitor. 

"Anda bisa melihat penjualan Apple anjlok, salah satu kenyataan lain dari perang dagang ini adalah bahwa kisah internasional semacam ini akan berdampak semakin nasionalis, Cina dan mereka akan menghindari pembelian Apple dan produk AS lainnya," kata Tangen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement