Selasa 21 May 2019 17:33 WIB

Erdogan Ajak Pemimpin Muslim di Seluruh Dunia Melawan Israel

Erdogan menilai Israel harus bertanggungjawab atas pembunuhan warga Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Presidential Press Service via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Reccep Tayyep Erdogan mengajak pemimpin muslim di seluruh dunia untuk bersatu dan melawan Israel. Pernyataan itu ia katakan beberapa hari setelah sejumlah rakyat Palestina tewas ditembak penembak jitu Israel dalam pawai yang menandai 70 tahun penjajah Israel. 

Berbicara di pertemuan istimewa Kerja Sama Organisasi Islam (OKI) Erdogan mengatakan Israel harus bertanggung jawab atas pembunuhan yang memicu amarah masyarakat internasional itu. Penembakan tersebut juga menyebabkan gelombang protes dari Asia, Timur Tengah sampai Afrika Utara. 

Baca Juga

"Untuk mengambil tindakan atas pembantaian rakyat Palestina yang dilakukan penjahat Israel cara dengan menunjukan ke seluruh dunia bahwa kemanusiaan belum mati," kata Erdogan di Istanbul, seperti dilansir di Aljazirah, Selasa (21/5).

Presiden Turki itu menggambarkan pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina sebagai 'kejahatan, kekejaman dan teror negara'. Ia juga mengatakan hal ini akan menghantuai Amerika Serikat (AS) yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. 

Pada Senin (20/5) ketika Amerika melanjutkan relokasi kedutaan besar yang kontroversial sebanyak 62 orang termasuk lima anak-anak tewas dalam penembakan yang dilakukan tentara Israel. Lebih dari 2.700 pengujuk rasa terluka dalam pembantaian yang terjadi saat mereka berkumpul di garis gencatan senjata yang terletak antara Gaza dan Israel.  

Para pengunjuk rasa itu memperingati hari Nakba, hari di mana paramiliter zionis melakukan pembersihan etnis orang Palestina pada 1948. Hal itu memaksa 750 ribu rakyat Palestina mengungsi dari tanah air mereka. 

Beberapa kepala negara datang ke pertemuan di Istanbul. Tapi Arab Saudi, tuan rumah kelompok 57 negara anggota OKI hanya mengirim pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri. Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab juga hanya mengirimkan pejabat Kementerian Luar Negeri mereka.   

Dalam pertemuan tersebut Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan penderitaan Palestina telah 'menjadi simbol penindasan rakyat di seluruh dunia'. Ia juga mengencam 'pembantaian brutal' Israel yang mereka lakukan terhadap pengunjuk rasa.

"Siapa di antara kita yang tidak tahu pengepungan yang dipaksakan di Jalur Gaza dan hukuman kolektif terhadap populasinya, Jalur Gaza diubah menjadi kamp konsentrasi besar jutaan orang yang kehilangan hak dasar mereka untuk berpergian, bekerja dan mendapatkan perawatan kesehatan," kata Al Thani. 

"Ketika putra mereka disebut teroris, dan ketika mereka melakukan unjuk rasa damai, mereka disebut ekstremis, dan ditembak mati dengan peluru tajam," tambahnya. 

Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah mengatakan AS menjadi 'bagian dari masalah bukan dari solusi'. Ia mengatakan relokasi kedutaan besar Negeri Paman Sam itu 'tidak agresif terhadap negara Islam, melawan muslim, dan umat Kristen.

Raja Abdullah II dari Yordania juga mendesak langkah darurat untuk mendukung 'perlawanan rakyat Palestina'. Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengajak negara anggota OKI untuk mengambil langkah ekonomi dan politik melawan AS dan Israel. 

OKI mengeluarkan pernyataan resmi meminta PBB untuk meluncurkan penyelidikan internasional atas pembunuhan di Gaza dan membentuk pasukan perlindungan internasional untuk rakyat Palestina. Negara-negara OKI juga akan melakukan pembatasan ekonomi untuk negara, perusahaan atau individu yang mengakui aneksasi Israel di Yerusalem.   

Satu hari sebelum Erdogan juga menemui 10 ribu orang di pasar malam Yenikapi, Istanbul. Di sana Erdogan mengatakan dunia Islam harus bersatu dan 'menyatukan diri lagi'. 

"Muslim terlalu sibuk berperang dan saling tidak sepakat diantara mereka sendiri dan malu ketika berkonfrontasi dengan musuh mereka, sejak tahun 1947 Israel telah bebas melakukan apa pun yang mereka mau di kawasan, mereka melakukan apa pun yang mereka suka, tapi kenyataannya bisa dihentikan, jika kami bersatu," kata Erdogan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement