REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Shamsi Ali mengungkapkan kegelisahannya terhadap Indonesia yang masih dipandang sebelah mata. Padahal, Indonesia dulunya sangat dihormati sebagai negara yang melahirkan tokoh Islam dan ulama besar.
"Indonesia adalah bangsa yang besar dan hebat, kok masih dipandang sebelah mata oleh dunia luar. Padahal, pada kepemimpinan (Presiden) Pak Karno, luar biasa dihormati dunia luar," ujar Shamsi Ali di Jakarta, Jumat (24/5).
Indonesi dulunya, Shamsi mengatakan, dapat melahirkan ulama besar yang dikenal dunia, misalnya Agus Salim hingga Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). Pada zaman itu, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara Asia yang berpengaruh.
"(Dulu) kita dapat memproduksi ulama besar, minimal Malaysia belajar ke kita. Tapi kita sekarang yang pergi belajar agama ke Malaysia, saya sebagai putra bangsa galau," ujarnya.
Karena kegelisahan itu, Imam Besar New York, Amerika Serikat tergerak untuk membuat sebuah yayasan berbasis agama, budaya, pendidikan dan interfaith dialog yang dinamai Nusantara Foundation. Organisasi itu, telah berdiri sejak tahun 2013 di Kota New York.
"Saya memaksakan harus diberi nama Nusantara, Kenapa? Karena saya ingin menggandeng kata besar ini dalam proses dakwah," terangnya.
Melalui Nusantara Foundation, sejumlah program telah dilakukan mulai dari pendidikan gratis, forum ulama Muslim, layanan sosial, nyantri di Amerika, hingga pembuatan pesantren di New York. Saat ini, pembangunan pesantren menjadi fokus utama yayasan tersebut.
Tahun 2018 lalu, Nusantara Foundation secara resmi membeli lahan dan gedung dari Darul Uloom Shady Brook. Pondok Pesantren Nur Inka Nusantara Madani mulai melakukan proses renovasi pada tahun 2018 dan ditargetkam selesai pada 2020.
Pondok Pesantren itu sengaja didirikan di Amerika Serikat sebagai wujud tanggung jawab untuk menunjukkan Islam yang rahmatal lil-alamin. Shamsi meyakini Nur Inka Nusantara Madani merupakan sebuah karya persembahan anak bangsa untuk dunia.
"Kita juga lakukan program training para imam. Saya memiliki mimpi bahwa imam (masjid) di Amerika Serikat itu bukan lagi impor seperti saya. Saya ingin imam besar Amerika datang dari orang bule," ungkapnya.