Rabu 29 May 2019 16:34 WIB

Harga Tiket Pesawat tak Masuk Akal? Perhatikan Ini Dulu

Harga tiket yang dikeluhkan bukan perjalanan langsung.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Aktivitas di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang masa puncak mudik Lebaran Idul Fitri 1440 H, banyak masyarakat yang masih mencari tiket pesawat untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman. Sayangnya, masyarakat masih menemukan bahkan membeli tiket pesawat yang harganya tidak masuk akal untuk sekali perjalanan.

Sebelumnya, Republika.co.id mendapatkan informasi dari seseorang yang mengeluhkan adanya harga tiket Jakarta-Padang Garuda Indonesia dijual di agen penjualan tiket daring seharga Rp 6,8 juta. Meski mahal, tiket tersebut pun habis terjual. Padahal, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas (TBA) Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri, TBA Jakarta-Padang untuk pesawat jet hanya sekitar Rp 1,4 juta.

Keluhan yang sama juga muncul, masyarakat menemukan penjualan tiket rute Jakarta-Pekanbaru Lion Air mencapai Rp 6,6 juta. Padahal, dalam aturan KM 106 Tahun 2019, TBA rute Jakarta-Pekanbaru hanya sekitar Rp 1,4 juta.

Tak hanya itu saja, Garuda Indonesia pada hari ini (29/5) juga membantah penjualan tiket pesawat Bandung-Medan seharga Rp 21 juta. Garuda juga sudah mengklaim tidak memiliki rute Bandung-Medan, tetapi yang ada hanya Jakarta-Medan dengan harga tiket Rp 2,1 juta dan sudah sesuai aturan TBA.

Melihat beberapa keluhan tersebut, ternyata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dahulu oleh masyarakat sebelum membeli tiket pesawat. Intinya, maskapai menegaskan menjual tiketnya tidak melebihi TBA yang sudah diatur dalam Km 106 Tahun 2019.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti mengatakan, harga tiket pesawat yang dibayar penumpang terdiri atas beberapa komponen. “Perlu dipahami, harga tiket itu berasal dari tarif jarak (TBA) kemudian ditambah iuran wajib Jasa Raharja, dan Pungutan Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau airport tax,” kata Polana, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, mengenai harga tiket yang dijual tidak masuk akal bahkan sangat mahal untuk satu kali perjalanan ternyata hal tersebut bukan perjalanan langsung. Masyarakat perlu melihat terlebih dahulu, harga tiket yang mahal tersebut ternyata dikarenakan banyaknya rute transit sebelum ke kota tujuan sehingga harga tiket menjadi mahal.

Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, harga tiket penerbangan rute Jakarta-Pekanbaru untuk 2 Juni 2019 yang mencapai Rp 6,6 juta ternyata memiliki komposisi dua sektor. Hal tersebut yang membuat harga tiket menuju Pekanbaru sangat mahal.

Danang mengatakan, komposisi pertama yaitu penerbangan dengan menggunakan Batik Air kelas bisnis dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Kualanamu dengan harga sekitar Rp 5,6 juta. Selanjutnya, penerbangan baru dilanjutkan dari Kualanamu ke Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru menggunakan pesawat Lion Air kelas ekonomi Rp 955.300.

Untuk itu, Danang menegaskan, Lion Air tidak menjual tiket yang melebihi TBA yang ditentukan pemerintah. “Besaran tarif tiket atau harga jual yang dijalankan sesuai aturan regulator,” kata Danang, Rabu (29/5).

Begitu juga Garuda Indonesia yang menuturkan tarif tiket yang mahal dalam satu kali perjalanan dimungkinkan karena adanya banyaknya rute transit sebelum menuju kota tujuan. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia M Ikhsan Rosan mengatakan harga tiket penerbangan Jakarta-Medan yang dijual Garuda sebesar Rp 2,1 juta sesuai tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah.

Sementara yang dikeluhkan sebelumnya yaitu rute Bandung-Medan seharga Rp 21 juta ternyata bukan penerbangan langsung tapi melibatkan banyak kota sebagai transit. “Kota sebagai transit ini yaitu Bandung-Denpasar-Jakarta-Kualanamu dan memutar jauh sehingga harganya menjadi mahal. Bukan penerbangan langsung,”  ujar Ikhsan, Rabu (29/5).

Untuk itu, Ikhsan mengimbau masyarakat lebih cermat bila bertransaksi dengan online travel. Selain itu, kata Ikhsan, masyarakat juga perlu melihat detail rute dan transit yang ditawarkan oleh sistem pencari.

“Karena sistem akan mencari rute kursi yang tersedia walaupun terlalu banyak transit,  memutar jauh dan melibatkan banyak maskapai penerbangan sehingga harga yang muncul terlalu mahal,” ujar Ikhsan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement