REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM— Pasukan keamanan menyerbu satu kamp pemrotes di Ibu Kota Sudan, Khartoum, pada Senin (3/6) pagi dan sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas dalam peristiwa terburuk sejak penggulingan Presiden Omar Al-Bashir pada April lalu.
Tayangan oleh stasiun televisi al-Hadath dan Aljazeera memperlihatkan suasana kacau saat orang berlarian di jalan sementara suara berondongan tembakan memenuhi udara. Orang-orang segera membawa mereka yang telah tertembak.
Kelompok utama pemrotes menuduh Dewan Militer Sudan, yang berkuasa, berusaha membubarkan kamp itu, dan menyebut tindakan tersebut "pembantaian". Dewan itu menyatakan pasukan keamanan "telah membidik kelompok yang tidak patuh" di daerah yang berdampingan.
Satu aliansi pemrotes dan kelompok oposisi menyatakan mereka menghentikan semua kontak dengan dewan militer. Kedua pihak telah berunding selama berpekan-pekan mengenai siapa yang mesti memerintah selama masa peralihan setelah penggulingan Bashir tapi pembicaraan tersebut telah macet.
Dewan Militer Peralihan (TMC) telah menawarkan untuk mengizinkan pemrotes membentuk pemerintah tapi berkeras akan mempertahankan semua wewenang selama masa peralihan. Demonstran ingin warga sipil memerintah selama masa peralihan dan memimpin 40 juta warga Sudan menuju demokrasi.
Ribuan lelaki dan perempuan muda telah bergiliran berkemah di luar Kementerian Pertahanan, tempat penting proses anti-pemerintah, yang dimulai pada Desember.
Sekelompok dokter yang memiliki hubungan dengan oposisi mengatakan sembilan "orang telah gugur" dalam kerusuhan pada Senin dan jumlah korban jiwa diduga bertambah.