Rabu 05 Jun 2019 10:18 WIB

Kades: Semoga Shalat Iduladha tak Lagi di Masjid Darurat

Warga terdampak gempa di Lombok Barat sudah setahun ibadah di masjid darurat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Warga terdampak gempa mulai berdatangan di masjid darurat yang dibuat akibat gempa di Desa Guntur Macan, Kecamatan Guntur Macan, Lombok Barat, NTB, Rabu (5/6).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Warga terdampak gempa mulai berdatangan di masjid darurat yang dibuat akibat gempa di Desa Guntur Macan, Kecamatan Guntur Macan, Lombok Barat, NTB, Rabu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Suasana haru mewarnai pelaksanaan shalat Idulfitri di Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tangisan warga pecah seketika begitu shalat Id rampung dan warga saling bersalaman hingga berpelukan. 

Kepala Desa Guntur Macan, Murni, mengatakan hal ini merupakan pertama kali bagi warga melaksanakan shalat Idulfitri di masjid darurat. Masjid dibangun dengan bahan seadanya seperti tiang-tiang penyangga dari kayu, papan sebagai alas, dan spandek serta terpal sebagai atap. 

Baca Juga

Sebelumnya, warga juga telah melaksanakan shalat Iduladha tahun lalu di masjid darurat. "Harapan kami semua semoga lebaran haji (Iduladha) nanti, masjid sudah jadi," ujar Murni kepada Republika.co.id di masjid darurat di Dusun Guntur Macan, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu (5/6).

Desa Guntur Macan yang terdiri atas tujuh dusun merupakan salah satu wilayah terdampak gempa di NTB pada akhir Juli hingga Agustus lalu. Warga terdampak gempa di wilayah ini melaksanakan shalat Idulfitri di masjid darurat lantaran masjid yang ada roboh akibat gempa.

Murni mengatakan dari tujuh masjid yang ada di tujuh dusun mengalami rusak berat hingga roboh akibat gempa. Murni mengatakan shalat Id digelar di tujuh masjid yang ada di tujuh dusun, di mana lima masjid merupakan masjid darurat lantaran belum kembali dibangun pascagempa.

Salah satunya Masjid Quba di Dusun Guntur Macan. Masyarakat kemudian mendirikan masjid darurat di bekas lokasi Masjid Quba untuk ibadah sehari-hari. "Harapannya supaya masjid secepatnya dibangun karena sudah hampir satu tahun kita (ibadah) di masjid darurat," kata dia.

Murni mengatakan sejauh ini sudah ada bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) senilai Rp 300 yang akan dicairkan bertahap untuk membangun kembali masjid yang rusak akibat gempa di Guntur Macan. Namun, lanjut Murni, pembangunan belum bisa dilakukan lantaran terkendala ketersediaan jumlah tenaga tukang.

"Kalau kita bangun sekarang kita sedang kewalahan tukang, tukang untuk bangun rumah warga saja masih kurang hingga mendatangkan dari Pulau Jawa. Khawatirnya nanti material sudah ada tapi tukangnya malah tidak ada," kata Murni. 

Alasan Murni cukup masuk akal jika melihat dampak kerusakan rumah di Guntur Macan. Sebanyak 88,5 persen rumah dari 2.566 jiwa dan 925 keluarga di Guntur Macan mengalami kerusakan, dengan mayoritas rusak berat karena gempa.

Murni menyebutkan, 70 persen rumah rusak sedang dalam proses pembangunan. Sementara 30 persen lainnya sedang menunggu pencairan tahap kedua.

"Kalau rumah warga yang sudah jadi baru sedikit karena sedang proses pembangunan yang banyak. Nah kekurangan tenaga tukang ini yang masih menjadi persoalan kami," ungkap Murni. 

Berlangsung khidmat

photo
Warga di Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, melaksanakan shalat Id di masjid darurat.

Warga terdampak gempa ini melaksanakan shalat Idulfitri dengan khidmat meski digelar di masjid darurat. Meski dalam kondisi keterbatasan, kata Murni, masyarakat tetap antusias menyambut bulan suci Ramadhan hingga lebaran.

Masjid darurat juga digunakan untuk ibadah shalat Tarawih selama ramadhan. Murni menyampaikan, masyarakat juga bersuka cita menyambut lebaran dengan menggelar pawai takbiran keliling kampung.

"Alhamdulillah shalat Idulfitri berjalan lancar walau masjid sederhana tapi alhamdulillah tidak ada halangan bagi masyarakat tetap bisa melaksanakan shalat Id," ujar Murni. Murni melanjutkan, setelah menunaikan ibadah shalat Id, masyarakat akan melakukan silaturahmi dengan tetangga dan keluarga serta berziarah.

Suasana haru begitu terasa begitu shalat Id selesai. Masyarakat saling berpelukan hinggga tak jarang meneteskan air mata. Murni berharap hari raya Idulfitri menjadi momentum bagi masyarakat tetap kuat dalam menerima segala ujian dari Allah SWT.

"Setelah shalat Id, tradisi kami biasa menggelar zikiran. Alhamdulillah kita masih bisa melaksanakan shalat Id dengan lancar dan khidmat," kata Murni menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement