REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano mengatakan Iran meningkatkan produksi uraniumnya yang telah diperkaya. Hal tersebut patut dicemaskan mengingat ketegangan yang melingkupi kawasan tersebut.
"Ya, tingkat produksi (uranium Iran) meningkat," kata Amano dalam sebuah konferensi pers pada Senin (10/6).
Dia mengaku mengkhawatirkan meningkatnya ketegangan terkait masalah nuklir. Amano berharap hal itu dapat diatasi melalui jalur dialog.
Di sisi lain, Amano menilai penting bagi Iran untuk tetap mematuhi kesepakatan nuklir yang disepakatinya dengan negara-negara kekuatan dunia pada 2015 atau dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Sementara itu juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Morgan Ortagus mengaku telah mengetahui hasil temuan IAEA perihal peningkatan produksi uranium Iran. Menurutnya, Iran berjalan ke arah yang salah.
"Itu menggarisbawahi tantangan berkelanjutan yang diajukan Iran pada perdamaian dan keamanan internasional," ujar Ortagus.
JCPOA mulai goyah saat AS memutuskan hengkang pada Mei 2018. Setelah menarik diri dari kesepakatan itu, Washington kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran.
Sejak saat itu, AS mendorong Iran agar bersedia merundingkan kembali ketentuan dalam JCPOA. Namun Iran menolak dan mendesak Eropa agar melindungi aktivitas perekonomiannya dari sanksi AS.
Bulan lalu, Iran telah menangguhkan beberapa komitmennya dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium. Teheran berjanji akan melanjutkan langkah tersebut jika Eropa gagal melindungi perdagangannya dari sanksi AS dalam tempo 60 hari.