REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dia adalah salah satu hasekis (selir favorit) dari Sultan Ibrahim I yang memerintah pada 1640-1648. Perempuan yang bernama asli Nadya ini juga merupakan ibu kandung dari Mehmed IV yang berkuasa di Kerajaan Ottoman pada 1648-1687.
Turhan, konon ditangkap saat serangan Bangsa Tatar dan dijual menjadi budak. Saat berumur 12 tahun, Turhan dikirim ke Istana Topkapi sebagai hadiah untuk Ibu Sultan Ibrahim, Kosem Sultan. Ada kemungkinan Kosem Sultan yang memberikan Hatice kepada Ibrahim sebagai selir. Pada 2 Januari 1642, Turhan melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak menjadi Sultan Mehmed IV.
Saat Ibrahim turun takhta pada 8 Agustus 1648, Mehmed IV yang menggantikannya sebagai Kepala Kerajaan Ottoman dan secara otomatis membuat Turhan menjadi Valide Sultan (Ibu Sultan). Namun, Turhan diabaikan karena dia masih muda dan tidak berpengalaman.
Nenek Sultan dan Valide Sultan sebelumnya, Kosem Sultan, dikembalikan ke posisi tinggi ini. Kosem sultan adalah ibu dari dua putra, sehingga dinilai lebih berpengalaman dari dua perempuan.
Turhan akhirnya menjadi ibu suri utama. Sebagai penguasa, Turhan memegang kekuatan yang besar. Dia menemani anaknya ke pertemuan penting dan di beberapa acara berbicara dari belakang gorden tempat duduknya. Karena dia belum berpengalaman, Turhan mengandalkan anggota pemerintah lain untuk memberinya masukan dalam hal persoalan politik.
Wilayah Turhan menjadi rusak karena setidaknya dua alasan; perang dengan Venetians untuk Pulau Crete dan krisis keuangan yang meningkat untuk biaya perang. Para Viziers tidak berusaha memperbaiki situasi. Meskipun begitu, pada 1656 Koprulu Mehmed Pasha ditunjuk untuk menjadi Grand Vizier. Turhan pun memberikan kuasa politiknya pada Grand Vizier ini.
Leslie Peirce melihat 1656 adalah titik balik kehidupan Turhan. Dengan memberikan Grand Vizier kekuasaan tak terbatas, Turhan membatasi kekuatannya sendiri di panggung politik. Meskipun begitu, dia menyalurkan energinya pada area hidup yang lain. Turhan mulai membangun.
Proyek pembangunan pertamanya dimulai pada 1658. Mungkin, dalam menjawab ancaman Venetian, Valide membangun dua benteng di gerbang masuk Dardanelles. Benteng-benteng itu, yang memiliki sisi Eropa dan sisi Asia, masih bisa dilihat hingga sekarang. Proyek ini membuat Turhan sejajar dengan Mehmed Penakluk dan sultan lain yang membangun benteng di area yang sama.
Pencapaian paling besar Turhan adalah membangun ibu kota kerajaan, Konstantinopel. Masjid Yeni punya cerita yang menarik. Konstruksinya dimulai oleh salah satu leluhur Turhan, Sultan safiye. Dialah yang memilih sepertiga wilayah komersial kota, Eminonu, sebagai lokasi masjid. Area ini dihuni oleh non-Muslim.
Dengan membangun masjid baru di Eminonu, Safiye ingin mengislamkan area itu. Untuk itu, tanahnya harus cocok sebagai tempat huni non-Muslim, niat yang sulit berjalan mulus. Pada 1597 batu pertama diletakkan. Saat kematian putra Safiye, Mehmed III, konstruksi masjid itu dihentikan dan dia bukan lagi sebagai Valide. Konstruksinya ditinggal selama 57 tahun dan pada 1660 area itu rusak karena kebakaran.
Masjid itu akhirnya mendapat kesempatan kedua saat Turhan memutuskan untuk menyelesaikan apa yang dimulai Sultan Safiye. Setelah selesai pada 1665, kompleks berisi tidak hanya masjid, tapi juga sekolah, air mancur publik, pasar, dan makam. Menurut Peirce, Masjid Yeni adalah masjid kerajaan pertama yang dibangun oleh perempuan.
Turhan adalah perempuan terakhir yang memiliki kekuatan besar sebagai regent untuk putranya. Benteng yang dibangunnya di Dardanelle akhirnya menjadi pengawal kerajaan. Turhan Hatice wafat pada 1683. Dia dimakamkan di Masjid Yeni. Dia berbaring di sana bersama putra pertamanya dan para leluhurnya.