Sabtu 15 Jun 2019 04:24 WIB

Tingkat Kelaparan Sudan Disebut Bencana

Penderitaan warga Sudan ini disebabkan kurangnya pasokan dan sumber makanan.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Andi Nur Aminah
Kelaparan dan kurangnya sarana medis masih membelenggu Darfur, Sudan.
Foto: http://elfasher88.blogspot.com
Kelaparan dan kurangnya sarana medis masih membelenggu Darfur, Sudan.

REPUBLIKA.CO.ID, SUDAN -- Sebanyak 61 persen dari jumlah populasi Sudan Selanta menderita kelaparan hebat. Menurut laporan terbaru dari PBB mengatakan, penderitaan ini disebabkan kurangnya pasokan dan sumber makanan.

Minimnya curah hujan dan krisis ekonomi yang menahun akibat konflik juga menambah buruk situasi kehidupan rakyat Sudan. Hingga kini, dilaporkan sekitar 400 orang meninggal karena kelaparan yang mencekik. 

Baca Juga

"Setiap tahun, kelaparan mencapai tingkat baru dan belum pernah terjadi sebelumnya di Sudan Selatan dengan jutaan orang tidak yakin dari mana makanan mereka akan datang, terutama pada saat ini tahun ketika kelaparan memuncak dari Mei hingga Juli," Hsiao-Wei Lee, dari Dunia Program Makanan (WFP) yang dilansir dari Aljazirah, Sabtu (15/6).

Melalui Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), PBB menilai tingkat kelaparan di Sudan meningkat dari tingkat satu menjadi lima. Di bawah sistem IPC, level lima diklasifikasikan sebagai sebuah bencana.

Jika sebelumnya PBB memperkirakan sekitar 6,1 juta orang Sudan akan menghadapi kelaparan, namun kenyataannya, angka itu mencapai 6,9 juta orang atau sekitar 61 persen dari keseluruhan populasi. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring belum tersedianya bahan makanan. Kehadiran musim panceklik tahunan yang datang lebih awal juga menjadi tantangan tambahan setelah rekor stok rendah dari panen 2018 yang buruk.

Wakil Direktur Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Pierre Vauthier mengatakan, jika situasi ini terus berlanjut, maka diperkirakan sekitar 21 ribu orang dapat mengalami kelaparan hebat. FAO dan dana anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan, kelaparan di Sudan sudah berada pada tingkat dimana kesenjangan besar antara makanan, kekurangan gizi akut, dan kematian sangat berlebihan.

"Dengan stabilitas yang lebih besar di negara ini, akses ke mereka yang membutuhkan telah meningkat, memungkinkan kami untuk merawat lebih dari 100 ribu anak yang menderita kekurangan gizi parah dalam lima bulan pertama tahun ini, dengan lebih dari 90 persen anak-anak itu pulih," kata Mohamed Ag Ayoya, perwakilan UNICEF di Sudan Selatan.

Dia mengatakan, tingkat kekurangan gizi tetap kritis di banyak bidang. Kondisi ini dikhawatirkan  situasinya akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement