REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berharap bisnis homestay yang gencar disosialsiasikan ke daerah-daerah wisata saat ini dapat membantu pemerintah mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Ketua Tim Program Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata, Kemenperin, Anneke Prasyanti, mengatakan, homestay desa wisata termasuk dalam tiga program prioritas Kementerian Pariwisata. Program tersebut diusung sebagai jawaban atas pemenuhan amenitas dalam bentuk akomodasi dan penginapan.
Pengembangan Homestay Desa Wisata memanfaatkan hunian yang sudah ada agar memberikan dampak ekonomi langsung ke masyarakat desa. "Pengelolaan homestay ini diharapkan mampu mendukung kebutuhan amenitas untuk target 20 juta wisatawan masuk ke Indonesia pada tahun 2019," ujar Anneke dalam keterangan resminya diterima Republika.co.id, Ahad (16/5).
Ia menyampaikan, pengembangan sektor wisata secara merata wajib dilakukan. Sebab, hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata, tata kelola destinasi pariwisata, dan kapasitas masyarakat pelaku usaha pariwisata.
Lebih lanjut, ia mengatakan, Indonesia memiliki potensi keberagaman hunian yang lebih banyak dibandingkan negara ASEAN lainnya dan dapat menjadi aset pariwisata. “Masyarakat patut bangga dan terus melestarikan budaya asli. Tidak hanya dalam bentuk bangunan, adat istiadat dan budaya setempat pun dapat menjadi nilai jual," katanya.
Salah satu nilai unik dari homestay desa wisata yakni pengalaman berbeda dengan hotel. Sebab, homestay mengusung konsep home sharing sehingga tinggal bersama penduduk dan melakukan aktivitas bersama-sama. “Hal ini sedang menjadi tren di dunia”, kata Anneke menambahkan.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya sebelumnya menyatakan, capaian jumlah wisatawan mancanegara (wisman) selama bulan April 2019 sebanyak 1,3 juta dibawah angka psikologis. Ia menilai, kondisi tersebut tidak baik untuk dapat mencapai target 20 juta kunjungan wisman pada tahun ini.
“Angka 1,3 juta ini tidak bagus karena angka psikologis kita 1,5 juta per bulan atau paling tidak 18 juta setahun. Angka 18 juta ini target internal Kemenpar sedangkan 20 juta janji saya kepada presiden,” kata Arief.
Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman pada April 2019 sebesar 1,3 juta atau turun 2,7 persen dibanding pada Maret 2019. Secara kumulatif, selama Januari-April 2019 jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 5,12 juta atau tumbuh 3,22 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.