Pimpinan Boeing, Dennis Muilenburg, mengatakan kepada para wartawan di Paris, Minggu (16/06) bahwa sistem komunikasi Boeing "tidak konsisten" dan itu "tidak dapat diterima."
Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengatakan Boeing bersalah karena tidak memberi tahu regulator selama lebih dari setahun bahwa indikator keselamatan di kokpit Max - pesawat yang terjual laris itu - tidak berfungsi.
Boeing dan FAA sebelumnya mengatakan bahwa lampu peringatan yang menjadi indikator keselamatan tidak terlalu penting bagi keselamatan penerbangan. Belum jelas juga apakah kecelakaan tersebut sebenarnya bisa dicegah apabila peringatan tersebut bekerja dengan layak.
"Kami jelas-jelas telah membuat kesalahan dalam mengimplementasikan peringatan itu," kata Muilenburg.
Menjanjikan "transparansi"
Para pilot marah karena perusahaan tempat mereka bekerja tidak memberi tahu mereka tentang perangkat lunak baru yang dipakai di dua pesawat yang mengalami kecelakaan dan menewaskan total 346 orang ini.
Muilenburg berjanji akan adanya "transparansi" seiring dengan usaha Boeing untuk bisa membuat pesawat itu kembali terbang setelah dilarang oleh sejumlah negara.
Boeing 737 MAX 8 jatuh di Indonesia pada Oktober 2018 dan di Ethiopia pada Maret 2019, sejumlah negara seperti Cina, Singapura dan Indonesia menjatuhi sanksi larangan terbang pada pesawat jenis ini.
Berbicara menjelang pameran dirgantara Paris Air Show, Muilenburg mengatakan Boeing menghadapi kejadian ini dengan “kerendahan hati” dan fokus pada pembangunan kembali kepercayaan.
Dalam akun twitternya, Muilenburg juga mengatakan bahwa Paris Air Show ini adalah kesempatan yang baik untuk terhubung dengan konsumen, penyuplai dan sesama pabrikan pembuat produk dirgantara untuk menguatkan kerjasama dan meningkatkan keamanan di bidang industri tersebut.
ae/ts (AP, www.pbs.org)