REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amora Lemos mengikuti jejak sang ibunda, Krisdayanti, di bidang tarik suara. Dia menyanyikan Sahabat Tersayang ciptaan Elfa Secioria dan Vera Syl yang menjadi lagu tema film Rumah Merah Putih.
Tembang itu menjadi debut rekaman putri pasangan Krisdayanti-Raul Lemos yang masih berusia tujuh tahun itu. Lirik dalam lagu selaras dengan filmnya yang berkisah tentang persahabatan anak-anak.
Nia Zulkarnaen selaku produser eksekutif film menyampaikan alasannya memilih Amora. Dia dan sang suami, Ari Sihasale, yang menjadi sutradara sekaligus produser, melihat bakat Amora di usianya yang masih sangat belia.
"Amora memiliki suara yang khas. Kami yakin Amora-lah yang pas untuk membawakan lagu Sahabat Tersayang," ujar Nia lewat pernyataan resminya.
Rumah Merah Putih besutan rumah produksi Alenia Pictures tayang di bioskop mulai 20 Juni 2019. Film dibintangi Pevita Pearce, Yama Carlos, Shafira Umm, Abdurrahman Arif, Petrick Rumlaklak, Amori De Purivicacao, dan Dicky Tatipikalawan.
Film berkisah tentang Farel Amaral (Petrick Rumlaklak) dan Oscar Lopez (Amori De Purivicacao). Mereka tinggal di perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Leste bersama keluarga masing-masing.
Meskipun hidup dengan kesederhanaan, rasa cinta mereka terhadap Tanah Air sangat besar. Menjelang perayaan 17 Agustus, warga di kampung mereka memiliki kebiasaan unik mengecat rumah dengan warna merah dan putih seperti bendera Indonesia.
Keseruan Farel, Oscar, dan teman-temannya menyiapkan perayaan hari kemerdekaan Indonesia menjadi cerita utama film. Konflik bermunculan, mulai dari debat soal hadiah lomba panjat pinang sampai hilangnya kaleng cat merah-putih milik Farel.
Nia menyampaikan salah satu adegan terinspirasi kejadian nyata anak-anak di perbatasan NTT saat perayaan kemerdekaan yang sempat menjadi viral. Skenario film ditulis oleh Jeremias Nyangoen, penulis naskah Denias.
Rencananya, film mengawali trilogi perbatasan yang mengangkat kehidupan masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan, termasuk Papua dan Kalimantan. Film memperlihatkan dinamika kehidupan di perbatasan saat ini.
"Dengan bangga, Alenia Pictures menyampaikan bahwa film ini seluruhnya dikerjakan anak bangsa. Setelah sembilan film, akhirnya ini film pertama yang total semua pekerjanya dari negeri sendiri. Dari Indonesia untuk Indonesia," ujar Nia.