REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Baidowi
Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Hal itu terungkap dari sejumlah hadis nabi, antara lain, "Mencari pengetahuan adalah kewajiban bagi umat Islam."
Hadis yang lain mengatakan, "Carilah pengetahuan sejak engkau di buaian hingga saatnya meninggal dunia."
Begitu tingginya perhatian Nabi terhadap pengetahuan hingga beliau menilai orang yang melakukan ijtihad (yakni, bersungguh-sungguh dalam memutuskan suatu perkara), dan kemudian ijtihad-nya salah, maka tetap memeroleh nilai pahala.
Penghargaan Nabi SAW terhadap pengetahuan ini menunjukkan bahwa dalam Islam berpikir bukan saja merupakan suatu cara atau proses untuk memperoleh kebenaran, namun lebih dari itu menjadi bagian dari eksistensi manusia.
Berupaya memperoleh pengetahuan, dengan demikian, adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh umat Islam. Sejarah Islam menunjukkan bahwa pengetahuan benar-benar dijunjung tinggi. Negara atau pemerintah memberikan dana dan fasilitas yang memadai bagi para pencari ilmu.
Bukan hanya perpustakaan, laboratorium, dan infrastruktur semacamnya yang diberikan oleh pemerintah, namun kepada para guru dan penulis juga diberikan penghargaan yang cukup memadai.
Semangat umat Islam sendiri juga cukup tinggi dalam mensosialisasikan kemampuan intelektualnya melalui penulisan buku. J Pedersen dalam bukunya The Arabic Book bahkan menyebutkan bahwa dunia tulis-menulis memainkan peranan penting dalam sejarah Islam. "Jarang ada kebudayaan lain," tulis Pedersen, "di mana dunia tulis-menulis memainkan peranan yang begitu penting seperti dalam Islam."
Ibnu Nadim mencontohkan bahwa pada abad pertengahan telah muncul penulis-penulis besar, seperti al-Marzubani yang menulis sekitar 37.500 halaman, Yaquth menulis 33.180 halaman, Ibnu Hazm menulis 80 ribu halaman dalam 400 buku, As-Suyudhi menulis lebih kurang 600 judul buku.
Banyak dari karya mereka bahkan menjadi rujukan di dunia Islam hingga saat ini. Kalau semua ini bisa diteladani oleh umat Islam saat ini, rasanya Islam bisa kembali memperoleh masa keemasannya.